Sersan Mayor Maksum Qori Terbaik di Satuan Kopassus: Naik Haji dan Umrah Gratis karena Hidayah Allah
Maksum menceritakan, tokoh inspirasinya dalam berkarya untuk agama Islam adalah sosok Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul.
Editor: Dewi Agustina
Sejak kecil, waktu masih sipil. Dulu kadang-kadang kita belajarnya dari masjid-masjid, dari Musala ke Musala waktu dulu. Alhamdulillah saya sudah bisa baca Quran itu sebelum masuk SD.
Cuma benar tidaknya kita waktu itu belum tahu karena belum dikenalkan namanya ilmu tajwid. Setelah saya SMP kelas 2, baru diajari ilmu tajwid. Ilmu tajwid itu kan ilmu yang mempelajari tentang tata cara membaca Quran yang baik dan benar.
Setelah kita pahami bacaan Quran sesuai dengan ilmu tajwid, guru saya berpesan agar dipraktikkan sehingga ilmu yang didapat itu tidak hilang.
Dan Alhamdulillah ilmu yang diajari guru saya itu tidak pernah hilang.
Bisa diceritakan sedikit sosok panutan Anda sejak kecil dalam membaca Alquran?
Memang kami orang Lombok itu punya panutan kepada Alim Ulama, kakeknya Tuan Guru Bajang (Gubernur Nusa Tenggara Barat). Beliau bernama Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul.
Beliau adalah ulama asli Lombok, dan beliau menuntut ilmu di Mekkah sampai tamat.
Bahkan saya pernah dengar cerita dari santri beliau, bahwa beliau punya nilai itu sampai 10 bintang 3 waktu tamat. Saking jeniusnya beliau.
Baca: Riska, Pelaku Pembacokan Anggota Polisi dan TNI Meninggal Setelah Dirawat di RS
Beliau setelah menuntut ilmu di Mekkah, kembali ke Indonesia tapi tidak langsung ke Lombok. Beliau saat itu ke Banten, menuntut ilmu bersama Presiden RI pertama Soekarno. Dia kemudian balik ke Lombok lalu mendirikan pesantren.
Bagaimana sosok Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul menginspirasi Anda?
Kebetulan kami masyarakat Lombok itu menjadikan beliau sebagai panutan. Apa yang menjadi nasihat dan wejangan dari beliau, itu kami laksanakan.
Dan bahkan saya sendiri sebagai orang yang bukan santri beliau, setiap Jumat dulu selalu hadir untuk mendengarkan ceramah beliau.
Bahkan ada salah satu santri beliau memperkenalkan saya kepada beliau, kepala saya ini sampai distampel sama beliau, waktu itu saya belum jadi TNI.
Setelah jadi TNI saya diminta datang lagi ke sana, dibawa sama santri beliau. Di sana saya distampel lagi sama beliau.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.