Mengenang 40 Hari Jakob Oetama, Rektor UMN: Ini Saat yang Paling Menantang
Ninok mengatakan modal utama untuk menghadapi tantangan saat ini yakni, rendah hati, humanisme transcendental, intuisi intelektual, serta profesional
Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sosok yang disebut Presiden Joko Widodo sebagai ‘Mercusuar Pers Indonesia’ Jakob Oetama telah berpulang 40 hari yang lalu.
Mengenang 40 hari wafatnya Pendiri Kompas Gramedia tersebut merupakan saat yang paling menantang bagi Grup Kompas.
Hal tersebut disampaikan Rektor Universitas Multimedia Nusantara Ninok Leksono dalam acara ‘Mengenang 40 Hari Jakob Oetama’ secara daring, Minggu (18/10/2020).
“This is the most challenging time, saat yang paling menantang,” kata Ninok, Minggu (18/10/2020).
Ia berujar banyak pertanyaan yang dialamatkan padanya sepeninggalan sosok yang dikenal memiliki pribadi yang lengkap tersebut.
“Jika saya ketemu dengan orang, itu yang selalu ditanya, Bagaimana Kompas Gramedia kedepan pasca pak Jacob (wafat),” lanjutnya.
Menurutnya ini merupakan tantangan tersendiri.
Baca juga: Bagaimana Nasib Kompas Gramedia Pasca Meninggalnya Jacob Oetama? Ini Kata Wartawan Senior Kompas
Masyarakat mengingat Kompas adalah bagian dari Jakob Oetama, dan sebaliknya masyarakat mengingat Jakob Oetama merupakan bagian dari Kompas.
Ditambah lagi soal disrupsi digital, dimana Kompas belum menemukan formula yang tepat untuk mengembalikan kejayaan Kompas.
“Tapi saya optimis bahwa guru yang berhasil adalah yang bisa melahirkan guru yang lebih pintar dari muridnya. Saya kira pak Jakob juga memiliki pemikiran seperti itu,” ungkapnya.
Prof Ninok mengatakan bahwa pemimpin yang besar adalah pemimpin yang mampu menciptakan pemimpin yang lebih besar.
Ini menjadi tantangan bagi Kompas bagaimana menjadi lebih besar dari sebelumnya, karena sosok Jakob Oetama merupakan sosok yang dicatat oleh sejarah sebagai sosok yang tinggi menjulang.
“Mungkin sosok seperti beliau baru akan lahir 50 atau 100 tahun sekali lagi,” ungkap Ninok.
Baca juga: Skystar Ventures UMN Mendorong Mahasiswa dan Alumni Tetap Produktif
Ninok mengatakan bahwa modal utama untuk menghadapi tantangan saat ini yakni, rendah hati, humanisme transcendental, intuisi intelektual, serta profesionalisme.
“Wartawan itu kekuatan batinnya yang harus unggul, karena banyak sekali peristiwa yang bersifat subtil (halus dan lembut). Urutan ini jangan dibalik-balik” katanya
Pada 40 hari wafatnya, Kompas sebagai ‘anak ideologis’ ingin mengenang, menggali, mencecap, dan belajar dari pribadi yang lengkap Jakob Oetama.
Kompas meluncurkan dua buku berisi refleksi atas beraneka macam pengalaman bersama almarhum Jakob Oetama semasa hidupnya.
Kedua buku tersebut masing-masing berjudul Warisan Sang Pemula dan Kisah Kecil Bermakna Besar.
Melalui kisah-kisah kecil dalam buku ‘Kisah Kecil Bermakna Besar’ para pembaca diajak menimba inspirasi penuh makna dari keteladanan hidup Pak Jakob sehari-hari.
Baca juga: Mengenang Hari Kelahiran Mendiang Pendiri Kompas Jakob Oetama, Ini 89 Kutipan Bijaknya
Tidak hanya sebagai seorang pemimpin yang dicintai anak-anaknya, baik anak biologis maupun anak dalam artian karyawan-karyawannya.
“Pak Jakob dikenal sebagai Pemimpin yang sederhana, hangat, ramah, bijaksana, dermawan, pembelajar, tetapi juga humoris,”
Sedangkan dalam buku Warisan Sang Pemula orang nomor satu di Indonesia, yakni Presiden Joko Widodo menyebut Almarhum sebagai mercusuar Pers Indonesia yang sangat mencintai dunia pers.
Kedua buku tersebut dijual secara online di sini