Presiden: Indonesia Dihadapkan pada Jumlah Pengangguran yang Tinggi Akibat Pandemi
TMF Group yang berjudul Global Business Complexity Index Rankings 2020 menyebutkan Indonesia berada diurutan pertama.
Penulis: Taufik Ismail
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews Taufik Ismail
TRIBUNNEWS. COM, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta seluruh lembaga untuk bergerak cepat dalam memulihkan perekonomian di Indonesia. Pasalnya ada pekerjaan besar yang harus segera diselesaikan yakni masalah pengangguran.
"Kita harus bergerak cepat karena masih banyak PR yang belum kita selesaikan. Kita akan dihadapkan pada besarnya jumlah pengangguran akibat PHK di masa pandemi, kita menghadapi besarnya angkatan kerja yang memerlukan lapangan pekerjaan," kata Presiden dalam acara pertemuan tahunan Bank Indonesia yang disiarkan secara virtual, Kamis, (3/12/2020).
Oleh karenanya kata Presiden, pemerintah teguh untuk melakukan reformasi struktural, serta membenahi regulasi yang kompleks dan birokrasi yang rumit. Indonesia menurut Presiden negara yang memiliki kerumitan tinggi dalam berbisnis.
Baca juga: Transaksi di Lima Brand Perabotan Lokal Ini Melesat di Era Pandemi
Baca juga: Fakta di Balik Aksi Viral Pria Berjaket Ojol Rampok SPBU di Bali, Pakai Senjata Mainan, Pengangguran
Baca juga: Banyak Pengangguran hingga Resesi saat Pandemi, Jokowi Sebut Pukulan Berat tapi Bersyukur Karena Ini
Bahkan, berdasarkan laporan dari lembaga riset TMF Group yang berjudul Global Business Complexity Index Rankings 2020 menyebutkan Indonesia berada diurutan pertama.
"Kita semuanya tahu posisi nomor 1 di global complexity index, yang paling rumit di dunia dan itu harus kita akhiri," katanya.
Berdasarkan kondisi itulah kata Presiden mendasari pembentukan UU Cipta Kerja pada 2020.
Tujuannya untuk menciptakan iklim usaha yang lebih kondusif berdaya saing, agar UMKM lebih berkembang, dan industri padat tenaga kerja tumbuh dengan pesat.
"Perizinan dipermudah, izin usaha UMKM cukup dengan pendaftaran saja dan banyak kemudahan-kemudahan lainnya," pungkas Presiden.