Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ketum LDII: Toleransi Menghindarkan Diktator Mayoritas atau Tirani Minoritas

Memasuki 2021, Ketum DPP LDII mengajak seluruh elemen masyarakat dan penyelenggara negara untuk meningkatkan moderasi beragama.

Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Theresia Felisiani
zoom-in Ketum LDII: Toleransi Menghindarkan Diktator Mayoritas atau Tirani Minoritas
Istimewa
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Lembaga Dakwah Islam Indonesia (Ketum DPP LDII), Chriswanto Santoso 

Untuk itu, memasuki 2021,  ia mengajak seluruh elemen masyarakat dan penyelenggara negara untuk meningkatkan moderasi beragama.

“Sikap moderat bukan berarti orang tersebut tidak kaffah dalam beragama, prilaku toleran adalah prilaku orang-orang saleh yang terdahulu. Justru karena ketakwaannya bisa memelihara kerukunan dalam bangsa yang majemuk,” paparnya.

Baca juga: Catatan untuk Gus Yaqut, Pembangunan Tempat Ibadah, Intoleransi, dan Lembaga Pendidikan di Kemenag

Chriswanto mengisahkan Sayidina Umar bin Khattab saat menaklukkan Yerusalem.

Saat itu Sang khalifah membiarkan para pemeluk Nasrani dan Yahudi tetap beribadah dan hak-haknya dijamin selama membayar pajak.

Namun, menurutnya sikap luar biasa Umar bin Khattab adalah saat Uskup Yerusalem Sophorinus, mempersilakannya salat di dalam Gereja Makam Kudus. 

“Khalifah Umar menolak, dengan alasan bila ia salat di dalam gereja, dalam 100 tahun umat muslim bisa saja merobohkan gereja tersebut dan mengubahnya menjadi masjid,” imbuhnya. 

Baca juga: Remaja Perempuan Penghina Pancasila di Karawang Ditangkap

Khalifah Umar kemudian salat Dzuhur beberapa ratus meter dari gereja itu, dan benar saja di atas lokasi itu, kini berdiri Masjid Umar bin Khattab.

Berita Rekomendasi

Menurut Chriswanto, apa yang dilakukan Khalifah Umar bin Khattab adalah bentuk toleransi

Sahabat Rasulullah itu tak ingin menzalimi umat Kristiani. 

Baginya, Gereja Makam Kudus juga harus dilestarikan agar umat Kristiani bisa tetap beribadah.

Kisah keteladanan Khalifah Umar itu juga dikenang di dunia Barat, melalui buku Perang Suci: Dari Perang Salib hingga Perang Teluk (2003) karya Karen Armstrong.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas