Investasi ESDM 2020 Anjlok, PKS: Capaian Kerja Terburuk dalam 10 Tahun Terakhir
Mulyanto mengatakan realisasi investasi senilai US$ 24,4 miliar dinilai sebagai capaian investasi ESDM terburuk dalam 10 tahun terakhir.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto menyoroti minimnya realisasi investasi ESDM tahun 2020.
Mulyanto mengatakan realisasi investasi senilai US$ 24,4 miliar dinilai sebagai capaian investasi ESDM terburuk dalam 10 tahun terakhir.
Mulyanto memperkirakan minimnya realisasi investasi ESDM akan berpengaruh pada target lifting migas dan penerimaan negara dari bidang ESDM yang sudah ditetapkan dalam APBN.
"Kami cukup prihatin membaca laporan realisasi investasi ESDM tahun 2020 yang dirilis secara resmi oleh Kementerian ESDM. Bagi kami minimnya realisasi investasi ESDM tahun 2020 mengkonfirmasi adanya kinerja yang kurang optimal dalam mengelola bidang ESDM di tengah pandemi Covid-19," ujar Mulyanto, kepada wartawan, Selasa (12/1/2021).
"Padahal investasi di bidang ini diharapkan mampu mendongkrak penerimaan negara yang ujungnya dapat meminimalisasi defisit anggaran," imbuhnya.
Berdasarkan data yang dimiliki, Mulyanto menyebut realisasi investasi ESDM selama 10 tahun belakangan ini relatif minim.
Untuk itu, Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI itu meminta Pemerintah lebih serius menyusun rencana kerja pengelolaan bidang ESDM.
Baca juga: Kementerian ESDM Serap 93,8 Persen Anggaran 2020 dari Pagu Rp 6,2 Triliun
Jika hal tersebut tidak diperhatikan dari sekarang, Mulyanto khawatir, pendapatan negara dari sektor migas dan minerba akan terus merosot.
"Tentu ini sangat berbahaya bagi stabilitas makro ekonomi kita," tegas Mulyanto.
Sebelumnya dalam konferensi pers virtual tanggal 7 Januari 2021, Menteri ESDM Arifin Tasrif melaporkan realisasi investasi sektor ESDM sepanjang tahun 2020 sebesar US$ 24,4 miliar.
Dari jumlah US$ 24,4 miliar tersebut sektor migas masih mendominasi sebesar US$ 12,1 miliar, disusul kelistrikan sebesar US$ 7 miliar, dan sektor minerba sebesar US$ 3,9 miliar serta sektor Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) sebesar US$ 1,4 miliar.
Tasrif mengakui angka ini lebih rendah dibandingkan realisasi investasi tahun sebelumnya. Dia mengatakan minimnya realisasi investasi ESDM akibat dampak pandemi Covid 19.
Berdasarkan laporan Kementerian ESDM RI diketahui jumlah investasi ESDM tahun 2011, sebesar US$ 27,2 miliar, lalu tahun 2012 meningkat menjadi US$ 29,8 miliar, sedangkan tahun 2013 turun menjadi US$ 27,8 miliar.
Investasi kembali meningkat menjadi US$ 33,1 miliar di 2014. Pada tahun 2015 investasi ESDM mencapai US$ 33,5 miliar, pada 2016 sebesar US$ 29,7 miliar, kemudian pada 2017 sebesar US$ 28,3 miliar dan 2018 meningkat menjadi US$ 32,9 miliar dan di 2019 sebesar US$ 33,2 miliar.
"Menanggapi data tersebut, saya meminta Pemerintah segera memperbaiki rencana kerja pengelolaan sektor ESDM, agar bisa menggenjot investasi di bidang ESDM ke depan," tandas Mulyanto.