Kisah Tim Evakuasi Mencari Pesawat Sriwijaya Air SJ-182, Menerjang Ombak Saat Cuaca Tak Menentu
Bukan perkara mudah saat mengevakuasi pesawat Sriwijaya Air SY-182 rute Jakarta-Pontianak yang jatuh di sekitar Kepulauan Seribu.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bukan perkara mudah saat mengevakuasi pesawat Sriwijaya Air SY-182 rute Jakarta-Pontianak yang jatuh di sekitar Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu.
Prosesnya tak mulus. Tim evakuasi yang melakukan giat penyelamatan harus menghadapi sejumlah tantangan dan medan berat.
Baca juga: 139 Kantong Jenazah Diangkat Tim SAR Gabungan dari Lokasi Jatuhnya Sriwijaya Air SJ182
Baca juga: UPDATE Terkini Sriwijaya Air: Black Box Ditemukan, Pesawat Tak Meledak dan 3 Jenazah Teridentifikasi
Lokasi tempat jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJY-182 rute Jakarta-bisa dibilang memiliki cuaca ekstrem.
Selain itu, kondisi kapal evakuasi dengan fasilitas yang seadanya juga menjadi tantangan sendiri bagi para evakuator.
Tribunnews.com sempat mencoba ikut bersama tim evakuasi Basarnas dan sejumlah relawan penyelam menuju ke titik pusat yang menjadi lokasi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air di antara pulau Laki dan pulau Lancang, Kepulauan Seribu, pada Minggu (10/1/2021).
Titik keberangkatan dimulai dari Dermaga Jakarta International Container Terminal II atau yang biasa disingkat JICT II.
Sebelum keberangkatan, seluruh tim evakuasi diwajibkan menjalankan swab antigen demi mencegah penularan Covid-19.
Keberangkatan tim penyelam kali ini dengan menggunakan Kapal Negara SAR Basudewa yang tidak begitu besar, namun juga tidak begitu kecil.
Baca juga: Pesawat Sriwijaya Air Tidak Meledak di Udara, Diduga Menghujam Laut, Penyelam Sebut Hancur Lebur
Baca juga: Keluarga Panik, Namanya Ada di Manifest Sriwijaya Air SJ-182, Yulius: Jalan Tuhan Saya Bisa Selamat
Total, kapal tersebut mampu menampung hampir 40 orang.
Waktu tempuh perjalanan dari JICT II menuju lokasi jatuhnya pesawat kurang lebih sekitar dua setengah jam. Dengan kecepatan rata- rata kapal diperkirakan 5-15 Knot.
Cuaca ekstrem mulai terlihat setelah hampir mendekati di sekitar lokasi jatuhnya pesawat.
Dari kejauhan, penumpang kapal bisa melihat gelapnya awan hitam yang menandakan akan adanya hujan lebat.
Tak lama, hujan lebat disertai angin kencang pun turun seketika kapal berhenti di titik lokasi pencarian pesawat Sriwijaya Air SJ-182.
Tak hanya itu, gelombang ombak pun mendadak naik hingga mengayunkan kapal ke kanan dan kiri.