Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Analisis Data soal Dugaan Sriwijaya Air SJ 182 Jatuh

Pengamat penerbangan menduga pesawat Sriwijaya Air SJ 182 mengalami oleng sebelum akhirnya jatuh dalam kondisi mesin masih hidup. 

Editor: Daryono
zoom-in Analisis Data soal Dugaan Sriwijaya Air SJ 182 Jatuh
TRIBUN/DANY PERMANA
Ilustrasi pesawat Sriwijaya Air - 

Sesuai prosedur, perpindahan jalur ke titik Abasa biasa terjadi jika cuaca baik, tidak ada awan tebal, dan kondisi lalu lintas di udara cenderung sepi sesuai arahan Air Traffic Controller (ATC).

Setelah dari Abasa, dia akan bergerak menuju destinasi.

Pesawat dengan registrasi PK-CLC tersebut terpantau pada situs Flightradar24, take off pada pukul 14.30 LT.
Pesawat dengan registrasi PK-CLC tersebut terpantau pada situs Flightradar24, take off pada pukul 14.30 LT. (Flightradar24.com)

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, kondisi cuaca kala pesawat terbang sedang hujan dan disertai petir dengan jarak pandang sejauh 2 kilometer.

Meski demikian, cuaca ini dikategorikan layak terbang atau mendarat.

Upaya perpindahan jalur ke Abasa diduga dilakukan oleh sang pilot pada penerbangan 9 Januari siang hari, sebelum kecelakaan terjadi.

"Diarahkan ke jalur pintas itu bukan masalah dan wajar, tapi belum sampai (jalur pintas), dia terus oleng dan jatuh," ujar pengamat penerbangan Gerry Soejatman, saat dihubungi jurnalis BBC, Aghnia Adzkia pada Selasa (12/1/2021).

Baca juga: Dugaan Kronologi Sriwijaya Air SJ 182 Jatuh: Mesin Hidup, Tidak Meledak hingga Elevator Copot

Pada peta tersebut, fase oleng dan jatuh tampak saat pesawat sempat kehilangan arah saat menuju Abasa.

Berita Rekomendasi

Alih-alih berbelok ke arah timur laut posisi titik Abasa, dia justru sempat berbelok ke arah barat jalur normal dan kemudian tak lama kembali ke timur, dan jatuh.

Pada saat membelok ini, ketinggian pesawat menurun dari 3.322 meter di atas permukaan laut (mdpl), ke posisi 2.476 meter dalam waktu 10 detik.

Dugaan disorientasi

Gerry memperkirakan, sang pilot mengalami disorientasi.

Meski demikian, dia menjelaskan hal ini bersifat dugaan dan perlu dicocokkan dengan data penerbangan dari pesawat.

Terlebih, kecelakaan pesawat tidak hanya terjadi karena satu faktor penyebab.

"Ada kemungkinan disorientasi atau human factors. Tapi saya juga tidak bisa memastikan kapan disorientasi dimulai," kata Gerry.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas