Jejak Calon Kapolri Komjen Listyo Sigit di Banten, Satukan Perguruan Silat dalam Tapak Karuhun
Lewat Tapak Karuhun Banten, ratusan perguruan dengan latar belakang yang berbeda bisa bersatu.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
“Saya sangat bangga pada Pak Sigit. Beliau sebenarnya lebih dengan rakyat biasa. Kegiatan apapun dan sekecil apapun jika diundang masyarakat pasti beliau hadir. Beliau mau berteman dan sangat menghargai masyarakat,” terangnya.
Cerita yang sama juga diungkapkan TB Arif Hidayat, Ketua DPW TTKKDH Cimande Kabupaten Serang. Sekedar diketahui, TTKKDH Cimande, Terumbu dan Bandrong merupakan tiga perguruan pencak silat terbesar di Banten.
TB Arif bercerita mengenai awal mula terselenggaranya Tapak Karuhun Banten. Saat itu, dia berbicara dengan Sigit mengenai situasi dan kondisi perguruan pencak silat di Banten. Dia meminta Sigit untuk merangkul ulama dan jawara agar situasi keamanan dan ketertiban masyarakat Banten dapat terkendali.
"Hanya butuh waktu tiga bulan menyatukan semua perguruan di Banten dan itu tidak mudah. Tapi Alhamdulilah akhirnya bisa terlaksana dan berhasil dapat rekor MURI," ungkapnya.
Menurut dia, dengan adanya Tapak Karuhun Banten banyak perguruan silat yang dulunya sudah tidak aktif bangkit lagi hingga saat ini. "Luar biasa sekali beliau. Banyak perguruan kecil yang bangkit kembali usai perhelatan akbar Tapak Karuhun Banten," tandasnya.
Sosok Sigit di mata TB Arif adalah pendiam namun sangat responsif dan komunikatif. "Beliau itu pendiam tapi pendengar. Setiap masukan dari siapapun diperhatikan dan catat. Dan hebatnya lagi kalau masukan itu bagus atau baik pasti dijalankan," katanya. (Glery/Tribun Banten)
Dekat dengan Ulama
Ketua Majelis Ponpes Salafiyah (MPS) Banten, KH Martin Syarkawi, mengatakan Komisaris Jenderal Listyo Sigit dekat dengan jawara dan ulama.
Menurut dia, Komisaris Jenderal Listyo Sigit peduli terhadap keberadaan pondok pesantren (ponpes).
Salah satunya membangkitkan ekonomi dan kemandirian ponpes salafiyah yang jumlahnya ratusan bahkan ribuan di Provinsi Banten.
“Pak Sigit nanya, kira-kira solusinya apa untuk menjaga kemandirian ponpes salafiyah ini. Lalu terpikirlah untuk membangun pemberdayaan ekonomi pesentren," kata dia, kepada wartawan, Jumat (15/1/2021).Dari ide tersebut akhirnya muncul program Rumah Pangan Santri (RPS).
Setelah didata diverifikasi ada sekitar 150 lebih ponpes yang diikutsertakan dalam program tersebut.
Konsep RPS seperti warung menyediakan gas, beras dan kebutuhan pokok lainya.
Untuk memuluskan program tersebut Sigit akhirnya merangkul Bulog dan Pertamina.
“Saya berkelakar ke Pak Sigit kalau dagang kita tidak punya modal. Alhamdulillah akhirnya beliau memberikan modal Rp20 juta untuk masing-masing RPS," ungkapnya.