Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Perjalanan Panjang Kaum Tionghoa Bisa Rayakan Tahun Baru Imlek di Indonesia

Butuh perjuangan panjang untuk kaum Tionghoa Indonesia bisa merayakan Tahun Baru China atau Imlek secara leluasa. 

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Perjalanan Panjang Kaum Tionghoa Bisa Rayakan Tahun Baru Imlek di Indonesia
Surya/Ahmad Zaimul Haq
Warga keturunan Tionghoa melakukan ibadah sembahyang dengan memakai masker menyambut Tahun Baru Imlek 2572 di Klenteng Hong San Ko Tee, Jalan Cokroaminoto, Kota Surabaya, Jawa Timur, Jumat (12/2/2021). Perayaan Imlek digelar sederhana dan umat dibatasi serta tetap menerapkan protokol kesehatan. Surya/Ahmad Zaimul Haq 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Lusius Genik

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Butuh perjuangan panjang untuk kaum Tionghoa Indonesia bisa merayakan Tahun Baru China atau Imlek secara leluasa. 

Pada masa-masa Indonesia dikenal sebagai Hindia-Belanda di bawah kolonialisme, atau tepatnya sekitar tahun 1854, ada peraturan yang mengatur orang berdasarkan segregasi ras. 

Ras kelas I adalah orang Eropa; ras kelas dua adalah orang Timur Asing yang meliputi kaum Tionghoa, Arab, India, maupun non-Eropa lain; dan ras kelas ketiga adalah Inlander yang kemudian diterjemahkan sebagai pribumi.

Baca juga: Rayakan Imlek, Chelsea Olivia dan Keluarganya Bagi-bagi Angpao ke Satpam

Sejarawan Bonny Triyana mengungkapkan, di bawah Pemerintahan Kolonialisme yang berdasar segregasi ras telah terjadi begitu banyak kerusuhan rasial, di mana korbannya adalah warga Tionghoa

"Pertama pada 1740, kemudian pada 1911 di Kudus, Jawa Tengah," ucap Bonny dalam acara 'Imlekan Bareng Banteng' yang digelar di DPP PDI Perjuangan, Jakarta, Jumat (12/2/2021).

Pada masa itu, perayaan Tahun Baru Imlek oleh kaum Tionghoa Indonesia tidak leluasa seperti sekarang ini. 

Berita Rekomendasi

Mungkin ada perayaan yang digelar di klenteng-klenteng maupun di rumah, tapi tidak bebas. 

Kebanyakan dilakukan secara sembunyi-sembunyi. 

"Sebelum era Bung Karno dulu itu merayakan Imlek sembari ngumpet-ngumpet, terbatas," ujar Bonny Triyana.

Kemudian pada masa Jepang perayaan Imlek sempat diperbolehkan, demikian juga di masa kepemimpinan Presiden Soekarno Karno.

Baca juga: Selamat Tahun Baru Imlek 2021, Ini Contoh Percakapan Menarik saat Kumpul Bersama Keluarga

Tonggaknya adalah Sumpah Pemuda tahun 1928, di mana orang sudah menyatakan satu bahasa, satu bangsa, Indonesia


Saat itu para perwakilan dari Tionghoa, Ambon, Sumatera, dari seluruh Indonesia mewakili daerahnya, berikrar menjadi satu bangsa, bangsa Indonesia

"Jadi meninggalkan kesadaran pra Indonesia, yang sebetulnya disekat-sekat secara sempit berdasarkan segregasi rasial. Seluruh orang merasa kedaerahannya lebih kuat," ucap Bonny.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas