Dekan FISIP UI: Waspadai Potensi Terjadinya Keletihan Sosial di Masa Pandemi Covid-19
Dekan FISIP Universitas Indonesia (UI), Dr. Arie S. Soesilo mengatakan bahwa pandemi Covid-19 juga perlu direspon dengan pendekatan ilmu sosial.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dekan FISIP Universitas Indonesia (UI), Dr. Arie S. Soesilo mengatakan bahwa pandemi Covid-19 juga perlu direspon dengan pendekatan ilmu sosial.
Hal ini disampaikan Dr. Arie dalam Panel Session bertopik 'Melawan “Keletihan Sosial” di Masa Pandemi' pada peringatan Dies Natalis FISIP UI ke-53 yang digelar secara virtual, Kamis (25/2/2021).
"Pandemi seperti ini tidak hanya membutuhkan solusi dari bidang kesehatan dan ekonomi semata, tapi juga respon dengan pendekatan ilmu sosial karena makin meluasnya penyebaran virus tersebut dan sulitnya mengatasi pandemi ini lebih merupakan masalah sosial dari pada masalah kesehatan," ujar Dr. Arie.
Baca juga: Menkes Budi Gunadi Sadikin Targetkan Vaksinasi Covid-19 Bagi 5 Juta Guru Rampung Juni 2021
Di Indonesia, kata Dr. Arie, setelah beberapa fase pembatasan sosial, terlihat indikasi di mana masyarakat menjadi semakin tidak peduli akan kondisi pandemi yang berkepanjangan.
Sikap dan mentalitas masyarakat ini merupakan penanda telah terjadi kejenuhan sosial di masa pandemi Covid-19.
"Dan mereka semakin mengabaikan protokol kesehatan dalam kehidupan sehari-hari," tutur Dr. Arie.
"Hal ini terefleksikan pada data yang menunjukkan bahwa kebijakan pembatasan sosial yang diterapkan setelah pembatasan di awal tahun 2020 semakin tidak efektif menekan angka penularan baru," sambung Dr. Arie.
Kepala Departemen Sosiologi FISIP UI Dr. Ida Ruwaida menjelaskan, fenomena social fatigue atau keletihan sosial adalah kondisi di mana mental masyarakat sudah jauh menurun dalam usaha melawan pandemi.
Kondisi ini adalah fenomena global yang terjadi di hampir semua belahan dunia.
Berdasarkan survei Gallup pada awal tahun 2021, di Amerika Serikat menunjukkan semakin sedikit orang yang mewaspadai virus ini.
"Keletihan sosial ini berbahaya karena masyarakat menjadi semakin skeptis terhadap kebijakan pemerintah, kurang responsif terhadap pesan yang disampaikan dalam kampanye publik, dan kurang peduli pada protokol kesehatan," ujar Dr. Ida.
Kasus kerumunan di tempat hiburan, acara sosial dan kegiatan politik adalah penanda yang jelas dari kondisi keletihan sosial ini.
"Alih-alih semakin waspada, masyarakat mulai menerima hidup dengan pandemi yang merupakan new normal namun dengan sikap dan perilaku yang tidak berbeda dengan sebelumnya, alias masih old normal," ujar Dr. Ida.