Peningkatan Kapasitas Masyarakat di Kawasan Hutan Menjadi Prioritas Penting Pemerintah
Supari menjelaskan bahwa peternakan sapi terintegrasi ini, nantinya jumlah kotoran sapi sebagai bahan baku pembuatan kompos akan menghasilkan...
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam situasi pandemi Covid-19 saat ini, Pemerintah sangat mendukung berbagai program pelaku usaha yang melibatkan masyarakat yang bersifat padat karya termasuk di dalamnya upaya-upaya peningkatan kegiatan usaha produktif dan meningkatkan daya beli masyarakat.
Hal tersebut menjadi prioritas dalam kegiatan e-learning mitra usaha produktif yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) dengan mengusung tema “Bimbingan Teknis dan Pelatihan Peningkatan Kapasitas Masyarakat di Dalam Kawasan Hutan”.
Baca juga: KLHK Tangkap 4 Pemburu di Taman Nasional Way Kambas Lampung, Sita Satwa Liar dan Senjata Api Rakitan
Program e-learning ini dibagi dalam beberapa sesi yaitu pembuatan kompos, pengembangan hortikultura melalui pola agroforestry, budidaya madu, pemanfaatan embung untuk budidaya ikan dan kegiatan peternakan dan Pembukaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB).
PT. Wirakarya Sakti (PT. WKS) yang merupakan unit usaha Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas juga mendukung program e-learning peningkatan kapasitas masyarakat ini dengan melibatkan Supari sebagai Ketua Kelompok Tani Mekar Jaya, Desa Dataran Kempas yang menjadi narasumber untuk pelatihan pembuatan kompos.
"Peternakan terintegrasi ini akan segera dimulai pada bulan Maret ini. Nantinya akan dilengkapi klinik kesehatan hewan, apotik kesehatan hewan, dan pasar ternak modern di Desa Dataran Kempas. Dengan begitu, kesempatan kerja lebih banyak lagi bisa diserap,” ujar Supari melalui keterangan tertulis, Selasa (2/3/2021).
Supari menjelaskan bahwa peternakan sapi terintegrasi ini, nantinya jumlah kotoran sapi sebagai bahan baku pembuatan kompos akan menghasilkan lebih banyak.
Kelompok tani yang menggarap kompos berkembang dari satu desa hingga saat ini sudah tiga desa. Dalam waktu dekat diharapkan bisa menjangkau menjadi tujuh desa.
Baca juga: Kolaborasi KLHK dan Kemenparekraf Kembangkan Wisata Alam Berbasis Konservasi
"Dengan tiga kelompok tani saat ini saja pendapatan perbulan yang mereka hasilkan kurang lebih 4 miliar atau 48 miliar setiap tahunnya. Saat ini rata-rata pekerja mendapatkan pemasukan hingga tiga juta rupiah perbulan. Kalau peternakan terintegrasi berjalan, kita harapkan mampu menyerap lebih banyak tenaga kerja lagi,” pungkas Supari.
Kelompok Tani Mekar Jaya dapat memproduksi kompos 2.000 ton/bulan dengan omzet mencapai Rp. 22,8 Miliar/tahun. Kegiatan pembuatan kompos ini telah membuka lapangan kerja, peningkatan pendapatan, memanfaatkan limbah (kotoran sapi, pelepah sawit dan abu boiler) sebagai bahan baku kompos serta memberikan kontribusi bagi desa melalui Bumdes.
Pengembangan peternakan ini merupakan hasil kerja sama PT WKS dengan Universitas Jambi, dan Bumdes untuk lima tahun ke depan.