Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Setahun Pandemi Corona di Indonesia, Gelombang Pertama Belum Usai Meski Kasus Covid-19 Melandai

Adib menyoroti angka positivity rate di Indonesia masih tinggi. Hal itu menurutnya bisa berdampak pada angka kematian akibat Covid-19.

Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Dewi Agustina
zoom-in Setahun Pandemi Corona di Indonesia, Gelombang Pertama Belum Usai Meski Kasus Covid-19 Melandai
WARTAKOTA/Nur Ichsan
Pemkot Tangerang kembali menggelar penyuntikan vaksin Covid-19 kepada 3000 orang peserta dengan sasaran pedagang pasar, karyawan dan tenan mal yang digelar di 3 lokasi yakni di Pasar Anyar, Pasar Malabar dan Tangcity Mall, Senin (1/3/2021). Pemberian vaksin ini diharapkan selain dapat memberi harapan baru pemulihan ekonomi juga menjadi upaya yang efektif menekan penyebaran Covid-19 di Kota Tangerang. (WARTAKOTA/Nur Ichsan) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hari ini tepat satu tahun pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Setahun lalu, Selasa 2 Maret 2020, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan kasus Covid-19 pertama di Indonesia.

Tiga orang dalam satu keluarga di Depok dinyatakan positif Covid-19.

Sita Tyasutami yang disebut sebagai pasien 01, serta ibunya Maria Darmaningsih dan kakaknya Ratri Anindyajati yang menjadi pasien 02 dan 03.

Setahun berlalu, total kasus positif Covid-19 di Indonesia kini sudah mencapai 1.341.314 orang.

Dikutip di laman Satgas Covid-19, dari jumlah tersebut sebanyak 1.151.915 orang (bertambah 9.212 orang) dinyatakan sembuh, dan 36.325 orang (bertambah 159) lainnya meninggal.

Sementara kasus aktif atau pasien yang masih dalam perawatan maupun isolasi mandiri sebanyak 153.074 orang.

Pemerintah sendiri terus berupaya menekan penyebaran virus corona.

Berita Rekomendasi

Di antaranya dengan memperpanjang PPKM mikro di sejumlah daerah hingga 8 Maret 2021.

Berdasarkan catatan Tribunnews.com, PPKM Mikro yang diterapkan 9-21 Februari diklaim membuahkan statistik positif yakni jumlah kasus positif virus corona cenderung menurun di tujuh provinsi di Jawa-Bali.

Begitu pula dengan kasus kematian. Tujuh provinsi itu yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Banten, dan Bali.

Meski demikian, penambahan harian kasus Covid-19 selama sepekan terakhir terhitung rendah.

Pada 22 Februari ada 10.180 kasus, 23 Februari 9.775 kasus, 24 Februari 7.533 kasus, 25 Februari 8.493 kasus, 26 Februari 8.232 kasus, dan 27 Februari 6.208 kasus.

Sedangkan penambahan kasus sembuh kemarin dilaporkan sebanyak 6.649 kasus, serta kasus kematian 185 kasus.

Secara kumulatif sebanyak 1.334.634 orang dinyatakan terinfeksi Covid-19, dari jumlah itu 1.142.703 telah pulih, sementara 36.166 orang meninggal dunia.

Baca juga: Cakupan Vaksinasi Covid-19 Lampaui 1 Juta Nakes, IDI Belum Bisa Pastikan Kematian Dokter Turun

Baca juga: Guru Besar Farmasi UI Harap Ada Pemantauan Reaksi Alergi Pasca Vaksinasi Covid-19

Dari data Satgas Penanganan Covid-19, angka positivity rate juga turun sejak 20 Februari.

Positivity rate merupakan persentase perhitungan dari penambahan kasus positif Covid-19 dibagi jumlah orang yang diperiksa kemudian dikali 100 persen.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan ambang batas minimal angka positivity rate kurang dari 5 persen.

Di Indonesia, positivity rate dilaporkan mencapai rekor tertinggi 40,1 persen pada Kamis (18/2/2021).

Sementara sejak 20 Februari positivity rate tercatat 25 persen; 21 Februari 24,9 persen; 23 Februari 17,58 persen; 24 Februari 14,35 persen.

Kemudian pada 25 Februari naik sedikit menjadi 16,97 persen; 26 Februari 20,7 persen; dan terakhir 28 Februari naik menjadi 26,2 persen.

Pemkot Tangerang kembali menggelar penyuntikan vaksin Covid-19 kepada 3000 orang peserta dengan sasaran pedagang pasar, karyawan dan tenan mal yang digelar di 3 lokasi yakni di Pasar Anyar, Pasar Malabar dan Tangcity Mall, Senin (1/3/2021). Pemberian vaksin ini diharapkan selain dapat memberi harapan baru pemulihan ekonomi juga menjadi upaya yang efektif menekan penyebaran Covid-19 di Kota Tangerang. (WARTAKOTA/Nur Ichsan)
Pemkot Tangerang kembali menggelar penyuntikan vaksin Covid-19 kepada 3000 orang peserta dengan sasaran pedagang pasar, karyawan dan tenan mal yang digelar di 3 lokasi yakni di Pasar Anyar, Pasar Malabar dan Tangcity Mall, Senin (1/3/2021). Pemberian vaksin ini diharapkan selain dapat memberi harapan baru pemulihan ekonomi juga menjadi upaya yang efektif menekan penyebaran Covid-19 di Kota Tangerang. (WARTAKOTA/Nur Ichsan) (WARTAKOTA/Nur Ichsan)

Terkait setahun pandemi Covid-19 di Indonesia, Ketua tim mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), dr Adib Khumaidi, SpOT menyebut gelombang pertama corona di Indonesia belum usai meski kasus Covid-19 belakangan melandai.

Menurutnya, kondisi Covid-19 di Indonesia saat ini berada di tahap ketiga.

"Stage 3 yang masih berisiko, bed occupancy rate yang memang turun saat ini tapi untuk gejala sedang saja, di ruangan-ruangan ICU masih banyak pasien-pasien yang membutuhkan peralatan lebih banyak," tutur Adib dalam konferensi pers IDI, Senin (1/3/2021).

Adib juga menyoroti angka positivity rate di Indonesia masih tinggi. Hal itu menurutnya bisa berdampak pada angka kematian akibat Covid-19.

Maka dari itu, ia kembali menekankan dampak penanggulangan dari pandemi Corona tidak hanya bisa dilihat dari penurunan kasus saja.

Baca juga: Pemerintah Gelar Vaksinasi Drive Thru di Bali, Ini Informasinya

Baca juga: KPK Telusuri Jatah Proyek Bansos Covid-19 PT Rajawali Parama Indonesia

Terlebih saat ini ada mutasi Corona baru mulai merebak di sejumlah negara.

Lalu apakah vaksinasi corona bisa membantu pandemi di Indonesia lebih cepat terkendali?

"Saat ini memang kita didukung oleh adanya pelaksanaan vaksin tapi apakah vaksin ini masih menjadi tolak ukur (terkendalinya) pandemi, kita bisa belum katakan seperti itu, karena belum ada data," bebernya.

Adib menyebut ada banyak masalah yang perlu segera dibenahi dalam penanganan pandemi Corona. Di antaranya soal integritas data.

"Kita tahu bahwa supply chain sistem tentang kebutuhan alat obat dan tentunya berkaitan dengan vaksin yang harus kita perbaiki ke depan, dan juga kemampuan anggaran," kata Adib.

"Problem yang berkaitan dengan integrasi data, nah ini saya kira beberapa hal yang menjadi masalah yang harus diselesaikan ke depan. Di tahun 2021 ini upaya-upaya itu harus menjadi prioritas pemerintah," bebernya.

Ia menekankan, pandemi Corona saat ini tak bisa diselesaikan satu hingga dua bulan. Masih butuh hingga dua tahun lamanya agar Covid-19 terkendali.

"Kita belum mengalami penurunan dari gelombang pertama atau menurun dari puncak," tegasnya.

Terpisah, epidemiolog dari Universitas Indonesia, Pandu Riono mengatakan, ada beberapa hal yang perlu dievaluasi oleh pemerintah.

Terutama soal testing, pelacakan, dan isolasi yang masih keteteran.

"Jadi yang dasar saja masih keteteran. Testing, pelacakan, dan isolasi. Belum lagi untuk mendukung supaya masyarakat untuk mengurangi risiko penularan. Ini yang harus diingatkan terus," ucap Pandu.

Bahkan, Pandu mengatakan selama satu tahun pandemi Covid-19, penanganan masih belum optimal.

Apalagi, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto yang pada saat itu menjabat dianggapnya tak cepat menanggapi kasus covid-19.

Baca juga: Sudah 7 Ribu Perusahaan Daftar Vaksinasi Mandiri, Paling Banyak dari Sektor Manufaktur

Baca juga: Filipina Terima Sumbangan Vaksin Covid-19 Sinovac, Duterte Pilih Merek Lain

Sementara Budi Gunadi Sadikin yang kini menjabat sebagai Menteri Kesehatan dipilih Presiden Joko Widodo lebih fokus pada vaksinasi.

Namun, tegas Pandu, sebenarnya yang utama saat ini yaitu menangani pandemi Covid-19.

"Sekarang dipilih yang menjadi menteri karena juga dia mempunyai ide vaksinasi. Tapi beliau tugasnya bukan vaksinasi saja, beliau tugasnya adalah menangani pandemi,” ucapnya.

Pandu menegaskan saat ini pemerintah khususnya Menteri Kesehatan harus diingatkan tidak hanya memikirkan vaksinasi saja.

Namun bagaimana mengatasi pandemi Covid-19.

"Kita harus mengingatkan Pak Budi Gunadi Sadikin bahwa bukan hanya pikirkan vaksinasi. Ini beliau di-backup 12 epidemiolog lho, yang lulusan dari semua luar negeri, stafsus empat, belum lagi yang lainnya. Jadi seharusnya tantangan yang banyak ini bisa lebih baik untuk menghadapi masalah pandemi ini," kata Pandu.(tribun network/yud/rin/dod)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas