Indonesia Masih Memiliki Keterbatasan Bahan Bacaan, Satu Buku Ditunggu oleh 90 Orang Setiap Tahun
Keterbatasan bahan bacaan, menurut Syarif, menjadi penyebab rendahnya tingkat literasi masyarakat.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Muhammad Syarif Bando mengungkapkan saat ini Indonesia masih memiliki keterbatasan bahan bacaan.
Berdasarkan catatan Perpusnas, rasio antara jumlah penduduk Indonesia dengan buku yang tersebar di seluruh masyarakat masih sangat rendah.
"Kami sebutkan di sini adalah buku-buku yang ada di perpustakaan umum sebagai milik masyarakat. Kalau ditotal rasionya adalah rasio nasional 0,09," ujar Syarif dalam Rakornas Bidang Perpustakaan 2021 secara daring, Senin (22/3/2021).
Syarif menjelaskan rasio tersebut berarti satu buku ditunggu oleh 90 orang setiap tahunnya.
Keterbatasan bahan bacaan, menurut Syarif, menjadi penyebab rendahnya tingkat literasi masyarakat.
Baca juga: Kepala Perpusnas: Persoalan Indonesia adalah Rendahnya Indeks Literasi
Baca juga: Perpusnas Terapkan Layanan Berbasis Inklusi Sosial di Masa Pandemi Covid-19
"Ini menjadi persoalan utama. Sehingga Indonesia berada pada posisi terendah dalam hal indeks kegemaran membaca," kata Syarif.
Padahal, kata Syarif, standar UNESCO menetapkan minimal tiga buku baru untuk setiap orang per tahun.
Bahkan di negara-negara Asia Timur yakni Korea, Jepang, China serta negara di Eropa Barat dan Amerika Utara rata-rata di atas 15 hingga 20 buku baru setiap orang.
"Inilah sebenarnya tantangan kita, inilah pondasi, inilah paling mendasar kenapa budaya bahasa Indonesia rendah," tutur Syarif.
Jika budaya baca rendah, Syarif mengatakan dapat berimbas pada penurunan daya saing Indonesia di tingkat global.