Uang Suap Bansos Covid-19 untuk Pejabat Kemensos Disimpan di Tas Gitar Hingga Kardus Air Mineral
Sopir Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Kementerian Sosial Matheus Joko Santoso, Sanjaya, mengaku dua kali menerima titipan uang
Penulis: Ilham Rian Pratama
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ilham Rian Pratama
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sopir Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Kementerian Sosial Matheus Joko Santoso, Sanjaya, mengaku dua kali menerima titipan uang dari Presiden Direktur PT Tiga Pilar Agro, Harry Van Sidabukke.
Hal tersebut dibeberkan Sanjaya kala dihadirkan sebagai saksi dalam sidang lanjutan perkara dugaan suap pengadaan bantuan sosial (bansos) Covid-19 untuk wilayah Jabodetabek tahun 2020 di Kemensos.
Duduk sebagai terdakwa dalam perkara ini adalah Harry Van Sidabukke dan Ardian Iskandar Maddanatja.
Mulanya, jaksa penuntut umum (JPU) pada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) membacakan berita acara pemeriksaan (BAP) Sanjaya.
Baca juga: Sepanjang Maret, Kemensos Telah Salurkan Bantuan Pangan Non Tunai untuk 10 Juta Penerima
Dalam BAP, Sanjaya menyebut dirinya beberapa kali menerima titipan untuk diberikan kepada Matheus Joko Santoso.
Matheus adalah tersangka dalam perkara ini.
"Iya betul pak. Karena disuruh sama bapak (Matheus Joko Santoso)," ucap Sanjaya di Pengadilan Tipikor Jakarta, Senin (29/3/2021).
Sanjaya mengaku dirinya sempat menerima titipan dari Harry Van Sidabukke.
Titipan tersebut berupa uang.
Baca juga: Bansos Tunai Rp 300 Ribu Cair Akhir Maret 2021, Login dtks.kemensos.go.id, Ini Syarat dan Caranya
Sanjaya menyebut uang terkadang dalam sebuah tas ransel maupun goodie bag.
"Berupa uang pak," ujar Sanjaya kepada jaksa KPK.
Namun, Sanjaya mengaku tak ingat persis kapan dia mengambil titipan dari Harry Van Sidabukke untuk Matheus Joko.
"Kapannya saya lupa, cuma tugasnya ambil titipan saja, sudah itu. Saya ketemu Pak Harry ke parkiran, ketemu drivernya. Di Cawang Kencana Kemensos. Uangnya ditaruh di dalam kardus Aqua," kata Sanjaya.
Selain di parkiran gedung Kemensos, Sanjaya mengaku pernah menerima titipan untuk Matheus dari Harry Van Sidabukke di tempat makan di apartemen Green Pramuka.
Saat itu, Harry meninggalkan tas gitar usai pertemuan.
Baca juga: Selama Setahun Kemensos Fasilitasi Rehabilitasi Fisik Adul, Penyandang Disabilitas Asal Sukabumi
"Itu dia naruhnya di tas, ada gitarnya. Awalnya saya enggak tahu kalau itu ada isinya. Nah pas mau pulang, saya bilang ke Mas Harry 'Mas Harry gitarnya ketinggalan' Mas Harry bilang 'bawa, titipan buat bapak'," ungkap Sanjaya.
Sanjaya mengaku saat itu tak tahu jika dalam tas berisi gitar itu ada uangnya.
Dia baru mengetahuinya setelah dirinya bertemu dengan Matheus Joko Santoso.
"Enggak, tapi pas saya sudah ketemu Pak Joko, saya bilang 'pak ini ada titipan dari Mas Harry' di apartemen. Dibuka, saya lihat, rupiah, enggak saya hitung. Kalau nilainya saya enggak tahu," kata Sanjaya.
Dalam perkara ini, Presiden Direktur PT Tiga Pilar Agro Harry Van Sidabukke dan konsultan hukum Ardian Iskandar Maddanatja, didakwa menyuap mantan Menteri Sosial Juliari Peter Batubara senilai Rp3,2 miliar.
Suap itu disebut untuk memuluskan penunjukan perusahaan penyedia bansos untuk penanganan Covid-19 di wilayah Jabodetabek.
Jaksa menyebut Harry Van Sidabukke menyuap Juliari Batubara sebesar Rp1,28 miliar. Sedangkan Ardian Iskandar, disebut jaksa, menyuap Juliari senilai Rp1,95 miliar.
Total suap yang diberikan kedua terdakwa kepada Juliari sejumlah Rp3,2 miliar.
Harry Van Sidabukke disebut mendapat proyek pengerjaan paket sembako sebanyak 1,5 juta melalui PT Pertani (Persero) dan PT Mandala Hamonganan Sude.
Sementara Ardian IskandarMaddanatja, menyuap Juliari terkait penunjukkan perusahaannya sebagai salah satu vendor yang mengerjakan pendistribusian bansos Covid-19
Uang sebesar Rp3,2 miliar itu, menurut jaksa, tak hanya dinikmati oleh Juliari, tapi juga mengalir untuk Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) pengadaan bansos Covid-19 di Direktorat Perlindungan dan Jaminan Sosial Korban Bencana Kemensos Adi Wahyono serta Matheus Joko Santoso.