Ketua MPR Dorong Peningkatan Kualitas Kuliah Daring
Guna memeratakan akses pendidikan tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia, diperlukan platform pendidikan yang lebih fleksibel.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo menuturkan guna memeratakan akses pendidikan tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia, diperlukan platform pendidikan yang lebih fleksibel.
Bamsoet menuturkan kehadiran Universitas Terbuka (UT) yang menawarkan paltform pendidikan secara terbuka dan jarak jauh, sangat relevan untuk meningkatkan pemerataan pendidikan tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia.
"Seiring perkembangan zaman, di mana kemajuan teknologi mengisi berbagai sektor kehidupan, penerapan sistem pembelajaran jarak jauh berbasis daring (online) semakin menunjukkan relevansinya. Terbukti, peserta didik UT tidak hanya berasal dari Indonesia saja. Hingga saat ini mahasiswa UT yang berjumlah jutaan di seluruh Indonesia dan juga tersebar di 43 negara dunia," ujar Bamsoet, saat menerima Rektor Universitas Terbuka Prof. Dr. Ojat Darojat di Jakarta, Selasa (6/4/2021).
Baca juga: Jauh-jauh Kuliah ke Malang, Mahasiswa Asal Afghanistan Jadi Korban Penipuan, Yamaha NMAX Melayang
Dia menegaskan pola pendidikan berbasis IT dan online harus lebih digalakkan.
Sehingga, semua masyarakat Indonesia bisa melek teknologi dan mengakses pendidikan dari mana saja.
Terlebih, tingkat penetrasi internet di Indonesia mencapai 64%.
Artinya, dari total penduduk Indonesia yang berjumlah sekitar 268,6 juta jiwa, sekitar 171,9 juta jiwa diantaranya telah dapat menggunakan akses internet.
"Pola pendidikan era milenial di Indonesia harus terus ditingkatkan lagi dengan pola pendidikan berbasis IT dan online. Dengan sistem online, warga desa bisa menimba ilmu tanpa harus ke kota. Kualitas pembelajaran secara daring ini harus terus ditingkatkan," kata Bamsoet.
Bamsoet mengatakan kualitas sumber daya manusia (SDM) bangsa Indonesia juga harus menjadi perhatian serius semua pihak.
Masih rendahnya kualitas SDM sebagaimana yang terjadi di tahun lalu, tidak boleh terulang kembali di tahun mendatang.
"Hasil survei Programme for International Student Assessment (PISA) 2019 menempatkan kemampuan membaca, matematika, dan sains pelajar Indonesia pada peringkat ke-72 dari 77 negara," kata dia.
"Selain itu, data Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan mencatat, setiap tahunnya terdapat 1,8 juta dari total 3,7 juta lulusan pendidikan tingkat menengah yang terpaksa bekerja, tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi," tandasnya.