Benarkan Milenial Jadi Korban Doktrin Radikal, DPD RI: Milenial Memang Sangat Mudah Direkrut
Anggota Komite 1 DPD RI, Abdul Rachman Thaha membenarkan bahwa saat ini para milenial menjadi korban doktrin radikal.
Penulis: Faryyanida Putwiliani
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
"Memang milenial ini menjadi target utama dari mereka," ujar Deputi VII BIN Wawan Purwanto dalam diskusi Polemik 'Bersatu Melawan Teror', Sabtu (3/4/2021).
Kata Wawan, paham radikalisme menyusup kepada generasi milenial, terutama yang tidak kritis atau menelan setiap informasi yang diterimanya, termasuk ajaran sesat.
Baca juga: Mengenal Sosok Abah Popon, Orang yang Disebut-sebut Terduga Teroris Sebagai Guru Ilmu Kebal
Baca juga: Densus 88 Tetapkan 3 Orang Buron Karena Diduga Terlibat Aksi Terorisme di Jakarta-Bekasi
Untuk itu, BIN mendorong agar generasi milenial, maupun pihak lain yang berada di dekat kaum milenial baik orangtua, guru dan lainnya selalu melakukan memeriksa, memeriksa ulang dan memeriksa silang setiap informasi yang diperoleh.
"Serta juga tanyakan pada ahlinya dengan maksud supaya kajian ini komprehensif. Apakah asbabun nuzul, sebab turunnya mahzab itu cocok."
"Sebab mereka sering menyitir ayat-ayat di medan perang bukan ke medan damai. Tekstual tanpa melihat sebabnya turunnya ayat ini sungguh berbahaya," katanya.
Sebagaimana diketahui, serangan teror bom bunuh diri di Katedral Makassar pada Minggu (28/3/2021) melibatkan pasangan suami istri berusia muda.
Sementara, serangan ke Mabes Polri pada Rabu (31/3/2021) dilakukan seorang wanita yang juga masih berusia 25 tahun.
Baca juga: Antisipasi Penyaluran Zakat untuk Teroris, BAZNAS Kerjasama dengan Bareskrim
Baca juga: Densus 88 Dalami Pengakuan Terduga Teroris Yang Mengaku Sebagai Simpatisan FPI
Dengan kondisi tersebut, Wawan mengatakan, orangtua berperan penting untuk mengawasi anak-anak mereka.
Hal ini lantaran orangtua mengetahui watak anak.
"Yang biasanya riang jadi pemurung, yang biasanya nggak pergi kemana-mana tahu-tahu pulang minta uang. Dia hanya berbicara dengan networking yang ada di media sosial."
"Karena dia didrive di situ untuk melakukan apapun yang mereka bisa lakukan terkait dengan entah itu perakitan bom dan juga diisi dari pemikiran-pemikiran yang keliru dan juga pembenaran dari gerakannya itu," katanya.
BIN, tutur Wawan, juga terus melakukan patroli siber.
Baca juga: Dari Diskusi Online Anak Muda dan Terorisme, Soal Pilih Guru Sampai Peran Penting Keluarga
Baca juga: Deteksi Dini Terorisme Pemerintah Harus Beri Pembekalan Mulai dari Tingkat Keluarga
Hal ini sebagai bagian mencegah penyebarluasan paham-paham radikal melalui dunia maya.
"Banyak juga yang kita ingatkan," tuturnya.
Wawan menambahkan alasan generasi milenial menjadi target utama perekrutan oleh kelompok teroris.
Wawan mengatakan, kelompok milenial tidak banyak tanggungan, lebih berani dan emosional.
"Dan lebih berpikir pragmatis apalagi ada iming-iming masuk surga dan lain-lain," kata Wawan.
(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/Ilham Rian Pratama)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.