Jokowi: Praktik Keagamaan yang Eksklusif Harus Dihindari
Praktik-praktik keagamaan yang eksklusif yang tertutup harus kita hindari, karena sikap ini pasti akan memicu penolakan
Penulis: Taufik Ismail
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews Taufik Ismail
TRIBUNNEWS. COM, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa praktik-praktik keagamaan yang eksklusif dan tertutup harus dihindari.
Hal itu disampaikan Jokowi dalam pembukaan Munas ke-9, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) di Istana Negara, Jakarta, Rabu, (7/3/2021).
"Praktik-praktik keagamaan yang eksklusif yang tertutup harus kita hindari, karena sikap ini pasti akan memicu penolakan-penolakan dan akan menimbulkan pertentangan pertentangan," kata Jokowi.
Presiden bersyukur bahwa bangsa Indonesia mewarisi Bhinneka Tunggal Ika dari para pendiri bangsa. Sehingga dapat saling menghormati dan hidup bergandengan meskipun berbeda latar belakang.
Baca juga: Politikus Gerindra Habiburokhman Minta Ruang Pemeriksaan di Setiap Polres Dilengkapi CCTV
"Walaupun kita berbeda, berbeda suku, berbeda ras, berbeda agama, juga berbeda pandangan dalam keagamaan, tetapi kita tetap saling menghormati, tetap bersatu, tetap rukun dan bersama-sama bergotong-royong," katanya.
Kepala Negara mengatakan bahwa sikap toleran adalah sebuah keharusan. Sikap yang saling menghargai segala perbedaan termasuk perbedaan keyakinan.
Baca juga: Politikus Golkar Pertanyakan Soal Demo Warga Sebelum Kilang Balongan Terbakar, Ini Jawaban Pertamina
"Saling menghormati dan belajar dari orang lain, sehingga tercapai kesamaan sikap yang saling menghormati dalam perbedaan-perbedaan," katanya.
Dalam kesempatan tersebut, Presiden mengajak kepada keluarga besar LDII untuk selalu menyuarakan dan meningkatkan toleransi dalam kehidupan sosial keagamaan. Mengajak untuk selalu menyuarakan dan melaksanakan sikap terbuka terhadap perbedaan.
"Untuk bergaul, untuk bergotong-royong bersama sama dalam perbedaan termasuk sekali lagi perbedaan pandangan keagamaan," pungkasnya.