Cerita Perjuangan Guru di Masa Pandemi: Antar Langsung Soal Ujian Hingga Nombok Ratusan Ribu Rupiah
Karena susah sinyal bahkan para guru saat ujian penilaian akhir semester mendadak menjadi kurir, mengantarkan soal untuk siswa dari rumah ke rumah.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pahlawan tanpa tanda jasa, begitu kita menyebut seorang guru. Berbicara tentang guru memang tiada habisnya, mereka selalu berjuang demi masa depan para generasi penerus bangsa.
Salah satu kisah soal guru datang dari daerah Bandar, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Dedi begitu nama pahlawan tanpa tanda jasa tersebut.
Menjadi guru bagi Dedi bukan hanya soal pekerjaan tetapi panggilan hati untuk mengabdi.
Salah satu tantangan luar biasa bagi Dedi adalah datangnya pandemi covid-19 yang mengharuskan dirinya melakukan kegiatan belajar mengajar jarak jauh dengan bantuan akses internet.
Bagi guru SMAN 1 Bandar, Kabupaten Batang, Jawa Tengah ini pembelajaran jarak jauh merupakan pengalaman baru selama dirinya mengajar.
Dedi bercerita banyak teman sejawatnya yang kesulitan beradaptasi mengajar jarak jauh dengan akses jaringan internet, apalagi bagi guru-guru yang usianya tidak muda lagi.
"Tantangan tuntutan belajar media online bagi mereka yang tidak tahu. Bagi pendidik dengan usia muda, internet adalah hal yang tidak asing lagi. Tapi bagi guru yang sudah tua, itu adalah siksaan luar biasa. Bayangkan, untuk mengetik saja mereka lamban apalagi untuk belajar aplikasi belajar online," kata Dedi saat berbincang dengan Tribun, Minggu (2/5/2021).
Selain itu tantangan belajar secara daring tentu saja soal keterjangkauan sinyal. Wilayah Bandar di Batang, Jawa Tengah dikelilingi bukit dan gunung gugusan dari dataran tinggi Dieng.
Susah sinyal lanjut Dedi menjadi salah satu hal yang luar biasa.
"Seperti di wilayah saya di Kabupaten Batang, tepatnya di daerah Bandar. Kondisi sinyal yang tidak menjangkau semua siswa menyebabkan pelaksanaan ujian yang sifatnya serentak, seperti penilaian akhir semester menjadi tantangan yang luar biasa," ujar Dedi.
Karena susah sinyal bahkan para guru saat ujian penilaian akhir semester mendadak menjadi kurir, mengantarkan soal untuk siswa dari rumah ke rumah.
Medan yang dilalui pun tidak mudah, menanjak dan menurun, hingga jalan rusak karena lokasi berada di kawasan pegunungan.
"Setumpuk soal dikurir oleh guru-guru untuk disebarluaskan kepada siswa yang jumlahnya ratusan dan terbagi dalam tiga kecamatan. Bayangkan sebagian Blado dan Reban masuk kawasan pegunungan Dieng," kata Dedi.
Baca juga: Unjuk Rasa Hardiknas di Makassar Dibubarkan, Leher Mahasiswa UINAM Dipiting Polisi
Siswa Beternak
Adanya pembelajaran jarak jauh juga terkadang membuat guru seperti Dedi harus menyediakan kuota internet untuk mengajar. Bahkan Dedi mengaku menombok hingga ratusan ribu rupiah untuk membeli kuota internet.
"Nombok mah jelas karena sering tidak terakomodasi kuota belajar. Contoh youtube saja kemarin masuk dalam web yang terakomodir kuota belajar. Enggak banyak lah (nomboknya) hanya ratusan ribu," ujar dia.
Hal lain yang menjadi tantangan Dedi saat belajar jarak jauh adalah saat anak didik tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru.
Para guru kemudian mencari tahu penyebabnya mengapa siswa tidak mengerjakan soal yang diberikan. Dedi langsung datang ke rumah orang tua siswa.
Ternyata di rumah siswa yang tidak mengerjakan tugas sekolah sibuk beternak.
"Mereka lebih banyak disibukkan oleh kegiatan di rumah yang diperintahkan ortu. Sering saya menemui kasus banyak siswa tidak bisa mengikuti PJJ karena pergi ke sawah, memberi makan ternak, dll. Sampai stres guru," ujar Dedi.
Pada Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) saat ini Dedi pun berharap agar pandemi covid-19 cepat hilang agar bisa balik lagi seperi dulu.
Bantuan kuota dari Kemendikbudristek lanjut Dedi juga harus tetap berlanjut.
"Masa dihentikan. Pembuatan formula regulasi yang tepat agar kompetensi peserta didik tetap terjaga meski dalam masa pandemi," kata Dedi. (Tribun Network/wly)