Kabupaten Cianjur Laksanakan RJIT untuk Tingkatkan Produktivitas
Dengan adanya program rehabilitasi jaringan irigasi, maka ada peningkatan pada indeks tanam petani. Jika sebelumnya hanya sekali setahun, menjadi dua.
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Program Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT) yang dilaksanakan Kementerian Pertanian (Kementan) merupakan faktor penting dalam proses usaha tani yang memiliki dampak langsung terhadap peningkatan luas areal tanam. Di Kabupaten Cianjur, dilaksanakan RJIT Desa Jatisari, Kecamatan Bojongpicung.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, Program RJIT yang saat ini sedang gencar dilakukan oleh pemerintah sangat dirasakan oleh para petani. Efek yang langsung dirasakan petani adalah adanya penambahan indeks tanam yang tadinya hanya bisa sekali setahun, menjadi dua kali atau lebih.
"Dengan adanya program rehabilitasi jaringan irigasi, maka ada peningkatan pada indeks tanam petani. Jika sebelumnya hanya sekali setahun, menjadi dua kali," kata Mentan SYL, Sabtu (8/5).
Di waktu jeda, petani tetap memanfaatkan air yang ada dengan menanam tanaman lain, seperti palawija atau tanaman hortikultura lain, memanfaatkan lahan kosong dan ketersediaan air irigasi.
"Jaringan irigasi juga menambah luas layanan sawah yang terairi. Dengan volume yang sama, air yang dialirkan dapat mengairi sawah lebih luas, karena air tersebut terdistribusi secara efisien," tuturnya.
Mentan SYL menjelaskan, pengelolaan air irigasi dari hulu (upstream) sampai dengan hilir (downstream) memerlukan sarana dan prasarana irigasi yang memadai. Sarana dan prasarana tersebut dapat berupa bendungan, bendung, saluran primer, saluran sekunder, boks bagi, dan saluran tersier serta saluran tingkat usaha tani.
"Tidak berfungsinya atau rusaknya salah satu bangunan irigasi akan mempengaruhi kinerja sistem irigasi yang ada. Sehingga mengakibatkan efisiensi dan efektifitas irigasi menurun," ujar Mentan SYL.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhy menjelaskan, kegiatan RJIT ini diarahkan pada jaringan irigasi tersier yang mengalami kerusakan yang terhubung dengan jaringan utama (primer dan sekunder) yang kondisinya baik dan/atau sudah direhabilitasi oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, atau Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota Urusan Pengairan sesuai kewenangannya.
"RJIT juga untuk jaringan irigasi desa. Atau daerah yang memerlukan peningkatan fungsi jaringan irigasi untuk mengembalikan/meningkatkan fungsi dan layanan irigasi," jelasnya.
Untuk kriteria lokasi, kegiatan RJIT dilaksanakan pada jaringan tersier di daerah irigasi sesuai kewenangan pemerintah pusat, pemerintah provinsi, maupun pemerintah kabupaten/kota, dan irigasi pada tingkat desa yang memerlukan rehabilitasi atau peningkatan.
Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan dalam kriteria lokasi. Di antaranya lokasi diutamakan pada jaringan irigasi yang tersiernya mengalami kerusakan dan/atau memerlukan peningkatan, jaringan irigasi primer dan sekunder dalam kondisi baik dengan sumber air yang tersedia dan dibuktikan dengan Surat Keterangan dari Dinas/Balai lingkup pengairan, tersedianya sumber air apabila berada pada jaringan irigasi desa, dan lokasi dilengkapi dengan koordinat (LU/LS - BT/BB).
Ketua Kelompok Tani Sawargi mengungkapkan, dana yang diterima pihaknya dalam RJIT ini sebesar Rp 3 juta. Panjang bangunan ditargetkan 116 m dan terealisasi 120 m.
"Setelah dibangun meningkatkan produksi. Produktivitas awal 5,7 ton per ha, setelah direhab produktivitas naik jadi 6 ton per ha," ungkapnya.
Adapun dimensi bangunan yakni tebal dinding 0,25 m, tinggi dinding 0,60 m, lebar atas 0,60 m, lebar bawah 0,40 m dan panjang 120 m.
"Selain meningkatkan produktivitas, rehabilitasi jaringan irigasi juga mempercepat air terdisttibusi ke sawah, dan mengoptimalkan percepatan tanam pada lahan sawah," pungkasnya.