Megawati: Kepemimpinan Strategi Tak Hanya Bicara Keberhasilan Masa Lalu
Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri, mengatakan bahwa kepemimpinan strategi tidak diukur dari keberhasilan di masa lalu.
Penulis: Taufik Ismail
Editor: Malvyandie Haryadi
“Oleh karena itulah kepemimpinan bukan hanya disebut sebagai suatu ilmu, tetapi juga sebuah seni karena sifatnya yang selalu ada dalam dialektika bersama dengan aktor-aktor lain,” kata Megawati.
Dia juga mengutip pendapat John Adair, Hughes dan Beatty, untuk menjelaskan bagaimana karakteristik kepemimpinan Strategi yang dibutuhkan.
Menurut Megawati, kepemimpinan Strategi memerlukan sense of direction, berupa keyakinan atas arah tujuan visi yang akan dicapai. Ia juga memerlukan sense of discovery guna menemukan gagasan terobosan, membuka ruang kreatif, ruang daya cipta sebagai esensi peningkatan taraf kebudayaan masyarakat.
Kombinasi antara leadership, sense of direction, dan sense of discovery akan menentukan “jalan perubahan” yang sering kali diikuti langkah terobosan.
“Jalan perubahan ini adalah proses migrasi dari taraf sebelumnya, bergerak progresif dalam peningkatan kemajuan, dengan meminimalkan dampak, meminimalkan proses trial and error, atau proses berkemajuan yang berwatak progresif, berkelanjutan, namun bersifat sistemik sekaligus transformasional dan kontekstual,” tuturnya.
“Kristalisasi perubahan Strategi tersebut pada akhirnya diharapkan dapat menjadi kultur Strategik atau strategic culture yang menjadi profil identitas budaya dan karakter Bangsa.”
“Identitas budaya dan karakter bangsa ini adalah Pancasila. Sebab tidak ada bangsa besar yang maju dan kuat tanpa mengakar pada identitas dan budaya Bangsanya,” pungkas Megawati.