Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Terjebak Kudeta, 200 Pengawal Bung Karno Sebulan Jadi Tahanan di Aljazair

Pasukan pengawal Presiden Soekarno, Tjakrabirawa mendarat di Aljajair dan langsung ditangkap serta jadi tahanan sebulan, gara-gara terjadi kudeta.

Penulis: Febby Mahendra
Editor: cecep burdansyah
zoom-in Terjebak Kudeta, 200 Pengawal Bung Karno Sebulan Jadi Tahanan di Aljazair
istimewa/TribunBali.com
Presiden RI Ir Soekarno sempat terjebak dalam perjalanan ke Aljajair gara-gara di negeri bekas jajahan Prancis itu terjadi kudeta. Bahkan pasukan pengamanannya, Tjakrabirawa sempat ditahan sebulan. Foto ini menunjukkan Ni Luh Putu Sugianitri, sosok Polwan dan Ajudan Terakhir Bung Karno bersama Soekarno. 

“Ketika  datang, kami disambut Presiden Ben Bella. Selang beberapa waktu, kami semua masuk penjara karena Presiden Ben Bella terguling. Kekuasannya dikudeta Panglima Angkatan Darat Kolonel Houari Boumedienne, yang tidak mau tahu kami ini siapa,” ujar seorang perwira Tjakrabirawa.

Derita personel Tjakrabirawa baru berakhir setelah melalui sebuah perundingan alot dengan rezim baru Aljazair. 

Maulwi Saelan berangkat ke Aljazair melalui Paris karena belum ada penerbangan langsung dari Jakarta ke Aljazair.

Akhirnya semua anggota Resimen Tjakrabirawa dibebaskan dan diantar sampai Paris oleh Polisi Aljazair. Selanjutnya semua senjata dan barang-barang milik advanced team dikembalikan.

Hingga kekuasaan Presiden Soekarno berakhir pada 1967, KAA II tidak pernah dilaksanakan. Padahal saat terdampar di Kairo, Bung Karno mengusulkan pergantian KAA II menjadi Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika.

Dihadiri Bung Karno, Gamal Abdul Nasser (Presiden Mesir), Chou En Lai (Perdana Menteri China), dan Ayub Khan (Presiden Pakistan), diperoleh kesepakatan KAA II tetap dilaksanakan di Algier namun pelaksanaannya ditunda empat bulan kemudian, yaitu awal November 1965. (*)

*Dikutip dari buku ‘Maulwi Saelan Penjaga Terakhir Soekarno’, penulis Aswi Warman Adam, Bonnie Triyana, Hendri F Isnaeni, dan MF Mukthi, Penerbit Buku Kompas, Cetakan Kedua 2014.

Baca juga: Lemparan Lima Granat Tak Mampu Membunuh Bung Karno di Cikini

Berita Rekomendasi
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas