Sebelum Markis Kido Meninggal, Sang Ibu Sempat Melarang Pergi Main Bulu Tangkis
Markis Kido meninggal dalam usia 36 tahun, Senin (14/6/2021) saat tengah bermain bulu tangkis bersama rekan-rekannya di GOR Petrolin.
Editor: Choirul Arifin
Cukup lama berselang, Markis Kido kemudian pindah haluan ke nomor ganda dan meraih segudang prestasi, khususnya bersama Hendra.
Kejuaraan Asia 2005, Kejuaraan Dunia 2007, serta sederet turnamen-turnamen badminton level dunia berkali-kali disabet Kido/Hendra.
Capaian terbaik pasangan yang sempat menduduki ranking satu dunia itu adalah medali emas Olimpiade Beijing 2008. Pada partai final, Kido/Hendra mengalahkan pasangan Cai Yun/Fu Haifeng yang didukung tuan rumah.
Sempat kalah 12-21 di gim pertama, Kido/Hendra bangkit dan menang 21-11 di gim kedua. Di gim penentuan, Kido/Hendra menang 21-16.
Kebersamaan Markis Kido dan Hendra Setiawan setidaknya terlihat hingga 2012. Sejak 2013, Kido mulai berpasangan dengan pemain lain, macam Marcus Gideon dan Pia Zebadiah.
Setelah Kido memutuskan mundur dari Pelatnas Cipayung akibat kondisi fisiknya menurun akibat mengidap darah tinggi (hipertensi), dia memilih bermain secara profesional.
Beberapa waktu kemudian, Kido menggandeng Marcus Fernaldi Gideon yang merupakan pemain muda saat itu.
Bersama Marcus, Kido masih bisa menorehkan prestasi dengan meraih juara di Prancis Terbuka pada 2013, dan kembali mengalahkan musuh bebuyatannya, Koo Kien Keat/Tan Boon Heong, dua set langsung dengan skor 21-16, 21-18.
Kepergian Kido membuat keluarga peraih medali emas Olimpiade 2008 itu sangat terpukul. Bona mengatakan Kido merupakan sosok penting dalam keluarganya. "Dia sosok yang menggantikan ayah, bertanggung jawab sama keluarga. Dia sangat sayang ke anggota keluarga, selalu memikirkan adik-adiknya, dan Mama. Dia sosok yang luar biasa. Sebelumnya juga tidak ada firasat sama sekali," kata Bona.
Kido dimakamkan dalam satu liang lahad dengan almarhum ayahnya, Djumharbey Anwar, di Taman Pemakaman Umum (TPU) Kebon Nanas, Jakarta Timur, Selasa siang.
Pahlawan
Terkait pemakaman Kido, banyak pihak menyayangkan mengapa ia tidak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata Jakarta. Mengingat jasa-jasanya di dunia olah raga, khususnya bulu tangkis. Kido adalah salah manusia langka penuh prestasi di Indonesia. merupakan peraih medali emas Olimpiade yang saat ini baru dimiliki oleh tujuh wakil Indonesia dan total 11 orang.
Legenda bulu tangkis Indonesia, Hariyanto Arbi menilai dengan segudang prestasi yang sudah diraihnya Kido pantas dimakamkan di TMP Kalibata. "Menurut saya Markis Kido sudah layak. Disayangkan ya kenapa tidak bisa dimakamkan di Taman Makam Pahlawan. Coba dipikirkanlah, yang layak itu seperti apa? Apa jadi juara di Olimpiade masih belum cukup?" kata Hariyanto.
Ia pun meminta pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) untuk bisa memperjuangkan hak atlet yang berhasil mengibarkan bendera Merah Putih dan mengumandangkan lagu Indonesia Raya di ajang Olimpiade untuk mendapatkan penghargaan yang sesuai. Penghargaan itu, kata Hariyanto Arbi, berupa jaminan kesejahteraan di hari tua sampai perlakukan layaknya pahlawan bangsa supaya bisa dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata.