Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pakar Epidemiologi Sarankan Masyarakat Hentikan Sementara Aktivitas, Data Terbaru Pasien Membludak

Lonjakan pasien yang terpapar Covid dalam 10 hari terakhir ini memiliki tingkat mutasinya relatif lebih tinggi dari varian yang heboh di tahun 2020.

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Pakar Epidemiologi Sarankan Masyarakat Hentikan Sementara Aktivitas, Data Terbaru Pasien Membludak
Warta Kota/Henry Lopulalan
Petugas mempersiapkan ruangan rawat inap Pasien Covid-19 di Tower 8 Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (15/6/2021). Tower 8 RSD Wisma Atlet Kemayoran dapat menampung 1.569 pasien Covif-19 dan dapat juga dipakai untuk ruang Isolasi Mandiri pasien tanpa gejala. Hal ini untuk persiapan bila ada meningkatnya pasien Covid 19 usai liburan lebaran (mudik). *Warta Kota/Henry Lopulalan) 

Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Ahli epidemiologi Masdalina Pane menyarankan agar masyarakat menghentikan sementara aktivitas yang tidak perlu.

Lonjakan pasien yang terpapar Covid dalam 10 hari terakhir ini memiliki tingkat mutasinya relatif lebih tinggi dari varian yang heboh di tahun 2020.

"Virus covid yang berkembang saat ini merupakan varian Delta 1617.2 yang berasal dari India. Jenis ini memiliki mutasi atau penyebaran yang lebih cepat walaupun virulensi atau keganasannya relatif lebih rendah," jelasnya kepada media di Jakarta, Rabu (16/6/2021).

Masda menegaskan bahwa varian inilah yang mendorong hampir empat provinsi di pulau Jawa kini menjadi zona merah kembali.

Sementara itu, untuk wilayah Bali, tidak terjadi lonjakan, namun berdasarkan temuan terakhir pada orang meninggal akibat Covid, ternyata diakibatkan varian B.1.351 asal Afrika Selatan.

Ahli epidemiologi Masdalina Pane1
Ahli epidemiologi Masdalina Pane

"Bedanya, yang varian dari Afrika Selatan itu virulensi atau keganasannya tinggi, namun tidak menyebar cepat. Jadi sekali orang terkena varian Afrika dalam waktu 3 hari bisa langsung meninggal," tegasnya.

Baca juga: Kota Bogor Kembali Berlakukan Ganjil-Genap di Akhir Pekan Antisipasi Lonjakan Covid-19

Berita Rekomendasi

Banyak daerah di pulau Jawa kini menjadi episentrum, seperti di Kudus, Bandung, dan Jakarta.

Meskipun tidak semua daerah dalam satu provinsi yang menunjukkan gejala, Masda memperingatkan, data Satgas Covid menunjukkan bahwa secara agregat menunjukkan DKI Jakarta yang mengalami kenaikan hingga mencapai 400 persen, Depok 305 persen, Bekasi 500 persen, Jateng 898 persen dan Jabar 104 persen.

Baca juga: Tempat Isolasi Mandiri Bagi Pasien Covid-19 di Kota Tangerang Sudah Terisi 98 Persen

Kepala bidang pengembangan profesi Perhimpunan Ahli Epidemologi Indonesia (PAEI) ini mengutarakan bahwa lonjakan Covid bukan merupakan dampak dari mudik lebaran.

Lonjakan justru terjadi karena kegagalan cegah-tangkal, yang berakibat masuknya varian India dan Afrika ke Indonesia.

Baca juga: Pemprov DKI Disarankan Tarik Rem Darurat Covid-19, Ini Kata Wagub Riza

"Lonjakan ini harus disebut kebobolan karena banyak orang masuk ke Indonesia dari luar negeri dengan ketentuan karantina hanya 5 hari. Padahal, seharusnya 14 hari berdasarkan ketentuan masa optimum inkubasi dan ini menjadi standar organisasi kesehatan dunia (WHO)," terangnya.

Masda juga menyebut bahwa lonjakan ini menunjukkan penularan lokal. Artinya, orang yang terkena Covid ini sebagian besar tidak melakukan perjalanan luar negeri, namun terdampak varian baru.

"Ini menandakan sudah ada penularan lokal, jadi new emerging desease di Indonesia," tegas Masda yang merupakan ASN di Kementerian Kesehatan ini.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas