Daftar Klaster Penyebab Lonjakan Kasus Corona di Pulau Jawa, Ada Klaster Mudik hingga Perkantoran
Berikut daftar klaster Covid-19 yang menjadi penyebab lonjakan kasus di Pulau Jawa, ada klaster keluarga, klaster mudik hingga perkantoran.
Penulis: Inza Maliana
Editor: Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Lonjakan kasus Covid-19 di beberapa daerah di Indonesia menjadi sorotan publik.
Terlebih, tiga daerah di Pulau Jawa dengan kasus Covid-19 tertinggi di Indonesia, yakni DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Satgas Covid-19 mencatat pada Kamis (17/6/2021), tiga daerah tersebut merupakan penyumbang kasus harian tertinggi di Indonesia.
DKI Jakarta mencatat ada 4.144 penambahan kasus, Jawa Barat bertambah 2.800 kasus dan Jawa Tengah bertambah 1.752.
Baca juga: Daftar Sebaran 104 Kasus Corona Varian Delta di Indonesia, Terbanyak Ada di Jawa Tengah
Sementara, tambahan dari daerah lain di Pulau Jawa tak lebih dari 1.000 kasus.
Misalnya, Jawa Timur bertambah 722 kasus, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bertambah 722 kasus dan Banten bertambah 168 kasus.
Lantas, apa saja klaster yang menjadi penyebab melonjaknya kasus di tiga daerah tersebut?
Berikut daftar klaster Covid-19 yang menjadi penyebab lonjakan kasus di Pulau Jawa:
1. Klaster Mudik di DKI Jakarta
Kasus Covid-19 di DKI Jakarta melonjak tajam per 17 Juni 2021.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pun meminta warga terus waspada setelah angka harian Covid-19 tembus tembus 4.144 kasus.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Dwi Oktavia meminta agar masyarakat tidak bepergian keluar rumah.
Terlebih membawa anak-anak keluar rumah di tengah pandemi ini.
Pasalnya, data dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta menemukan, dari 4.144 tambahan kasus, terdapat 661 kasus anak usia 0-18 tahun.
Bahkan 144 di antaranya adalah balita.
"Untuk itu, kami mengingatkan warga untuk menghindari keluar rumah membawa anak-anak," kata Dwi Oktavia dalam keterangannya, Kamis (17/6/2021), dilansir Tribunnews.
Selain itu, Dwi Oktavia mengatakan, klaster mudik cukup mendominasi lonjakan kasus Covid-19 di Jakarta.
Dari catatan periode 21 Mei-17 Juni 2021, terdapat penularan Covid-19 dari klaster mudik sebanyak 1.172 klaster dengan total 2.358 kasus positif.
Baca juga: Puncak Kasus Covid-19 Diprediksi Akhir Juni, Pakar Sebut Lockdown Total Perlu Diberlakukan
Sementara, klaster perkantoran juga mengalami kenaikan cukup tinggi dalam satu pekan terakhir, dari semula 64 kasus kini menjadi 227 kasus positif.
"Kami juga menyarankan warga mengurangi mobilitas, keluar rumah jika benar-benar penting, untuk sama-sama mencegah kenaikan kasus ke depannya," kata Dwi.
"Kami juga menyarankan warga mengurangi mobilitas, keluar rumah jika benar-benar penting, untuk sama-sama mencegah kenaikan kasus ke depannya," tambahnya.
2. Klaster Keluarga di Jawa Tengah
Jawa Tengah juga menjadi satu dari tiga daerah dengan kasus Covid-19 tertinggi di Indonesia.
Bahkan, dari catatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) per 13 Juni 2021, Jawa Tengah menjadi daerah dengan kasus corona varian Delta terbanyak di Tanah Air.
Dari temuan 104 kasus, varian yang pertama kali ditemukan di India ini menyebar di Jawa Tengah dengan 75 kasus.
Untuk itu, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Prasetyo Aribowo meminta masyarakat untuk merealisasikan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro secara baik untuk menekan penyebaran kasus di Jawa Tengah.
Baca juga: Gencarkan Gerakan Jogo Tonggo, Ganjar Pranowo: Bantuan Sosial Jangan Dipakai Rebutan, Memalukan
Prasetyo juga mengatakan, sebaran kasus Covid-19 di Jawa Tengah sebenarnya meluas di ruang lingkup komunitas mikro seperti RT/RW.
Menurutnya, 73 persen kasus Covid-19 di Jawa Tengah berasal dari temuan kasus pada klaster keluarga.
"Jujur klaster keluarga yang paling menguasai di Jateng, ada sekitar 73 persen, disusul klaster perusahaan."
"Beberapa klaster itu kita dorong tetap waspada pada level RT/RW lewat pendekatan yang kita sebut 'Jogo Tonggo'," kata Prasetyo, dikutip dari tayangan YouTube BNPB Indonesia, Kamis (17/6/2021).
3. Klaster Keluarga dan Klaster Perkantoran di Jawa Barat
Selain di DKI Jakarta dan Jawa Tengah, lonjakan kasus Covid-19 di Jawa Barat juga menjadi sorotan, terlebih, di Kabupaten Bandung.
Imbasnya, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil menutup sementara tempat wisata di area Bandung Raya.
Diketahui, klaster keluarga menjadi penyumbang tertinggi penularan wabah virus corona.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, Grace Mediana mengatakan, peringkat pertama klaster yang teridentifikasi adalah klaster keluarga.
"Klaster keluarga dengan total kasus 7.122, kemudian klaster perkantoran 1.616 kasus."
"Lalu pesantren 951 kasus, pabrik 868 kasus, pelaku perjalanan 678 kasus, dan fasilitas pelayan kesehatan 542 kasus," kata Grace di Gedung Setda Kabupaten Bandung, Rabu (16/6/2021), dikutip dari Tribun Jabar.
Jumlah tersebut merupakan enam peringkat teratas klaster Covid-19 yang terjadi di Kabupaten Bandung.
"Jadi ini yang mendominasi ada 6 klaster. Yang lainnya ada juga tapi tidak sebanyak ini," kata Grace.
Data tersebut, menurut Grace, merupakan data dari awal adanya Covid-19 di Kabupaten Bandung dan memang saat ini klaster keluarga yang mendominasi.
"Zona merah, kalau tidak salah, ada di 6 kecamatan, kemudian 7 desa," kata Grace.
Selain klaster keluarga, klaster perkantoran di Gedung Sate Kota Bandung juga terus bertambah.
Terbaru, sejumlah kepala dinas di Pemprov Jabar terkonfirmasi positif Covid-19.
Kabar tersebut juga dibenarkan oleh Gubernur Jabar Ridwan Kamil.
Menurut kang Emil, Sekda Jabar Setiawan Wangsaatmaja, Plt Kepala Dinas Kesehatan Jabar Dewi Sartika dan Kepala Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Jabar Koswara turut terpapar.
"Benar bahwa Pak Sekda Jabar dan beberapa kepala perangkat daerah terkonfirmasi positif COVID-19," kata Kang Emil, sapaan Ridwan Kamil melalui siaran digital, Jumat (18/6/2021).
Baca juga: Corona Mengganas, Ketua Umum PAN Usulkan Lockdown Akhir Pekan
Berdasarkan data terbaru penyebaran Covid-19 di klaster Gedung Sate sampai Kamis (17/6/2021) sore, jumlah positif Covid-19 sebanyak 149 orang.
Terdiri dari PNS 86 orang, non PNS 28 orang, Keluarga PNS 26 orang, magang 3 orang, keluarga Magang 2 orang dan keluarga Non ASN 4 orang.
Pegawai yang menjalani isolasi mandiri di rumah 109 orang, di BPSDM 13 orang, tidak ada yang dirawat di rumah sakit, dan yang sudah dinyatakan negatif 27 orang.
Sementara yang basih berstatus positif aktif ada 122 orang.
(Tribunnews.com/Maliana, Tribunjabar.id/Muhamad Syarif Abdussalam)