Pecah Rekor! Kasus Harian Positif Covid-19 Tembus 15.308 Orang, Tertinggi Selama Era Pandemi
Setelah sempat mengalami penurunan kasus pada Januari-April 2021, kini jumlah kasus kembali melonjak.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lonjakan kasus covid-19 di Indonesia masih terus berlanjut.
Setelah sempat mengalami penurunan kasus pada Januari-April 2021, kini jumlah kasus kembali melonjak.
Hari ini, Indonesia mencatat rekor pertambahan kasus terbesar yakni tembus 15.308 kasus.
Angka pertambahan kasus hari ini adalah jumlah pertambahan harian terbanyak sejak pandemi melanda Indonesia, terhitung sejak Maret 2020.
Sebelumnya, rekor kasus tertinggi terjadi pada 21 Juni 2021 lalu dengan penambahan 14.536 kasus.
Per 23 Juni 2021 ini, DKI Jakarta menyumbang angka kasus positif terbanyak dengan total 4.693 kasus.
Kemudian, disusul Jawa Barat dengan total kasus 2.910, dan Jawa Tengah dengan total 2.595 kasus.
Berikut sebaran 15.308 kasus baru virus corona di Indonesia per Rabu (23/6/2021):
- DKI Jakarta 4.693
- Jawa Barat 2.910
- Jawa Tengah 2.595
- Jawa Timur 873
- DI Yogyakarta 694
- Riau 330
- Kepulauan Riau 309
- Sumatera Barat 294
- Banten 275
- Kalimantan Timur 227
- Bali 187
- Aceh 156
- Kalimantan Barat 155
- Sumatera Utara 146
- Lampung 142
- Sulawesi Selatan 130
- Sumatera Selatan 115
- Bengkulu 106
- Jambi 103
- Kalimantan Tengah 96
- Bangka Belitung 90
- Sulawesi Tenggara 87
- Papua Barat 87
- Kalimantan Utara 84
- Kalimantan Selatan 77
- NTT 71
- Sulawesi Utara 47
- Sulawesi Barat 47
- Papua 37
- Sulawesi Tengah 33
- Gorontalo 33
- Maluku 33
- NTB 25
- Maluku Utara 21
Update Corona atau Covid-19 di Indonesia bisa di akses di sini.
Rumah sakit penuh
Lonjakan pasien Covid-19 mengakibatkan rata-rata keterisian kamar atau bed occupancy ratio (BOR) rumah sakit (RS) rujukan di Jakarta dan sekitarnya penuh.
Di Jakarta Barat, puluhan calon pasien dikabarkan mengantre di RSUD Cengkareng. Mereka mengantre hingga ke lorong-lorong rumah sakit.
Humas RSUD Cengkareng Aris Pribadi tidak menampik hal tersebut.
Aris mengakui bahwa sudah tiga hari belakangan, kondisi RSUD Cengkareng penuh.
Namun, ia memastikan tidak ada pasien yang dirawat di lorong-lorong rumah sakit.
Mereka yang terlihat berada di lorong adalah calon pasien yang tengah menunggu untuk proses screening.
"Bukan dirawat. Itu proses screening karena kapasitas ruangan tidak cukup," ujarnya, Rabu (23/6/2021).
Aris mengatakan, pemandangan itu sudah terjadi kurang lebih selama tiga hari lamanya.
Ia mengakui ada lonjakan pasien di RSUD Cengkareng.
Hal itu membuat antrean panjang saat proses screening di UGD.
Calon pasien yang menunggu screening juga harus menunggu dengan kursi roda karena keterbatasan rumah sakit.
Kata Aris, antrean proses screening juga tidak dapat dipastikan kapan selesainya.
Sebab, hal itu tergantung dari lonjakan jumlah pasien yang mengantre.
Aris mengakui ketersediaan ruang rawat Covid-19 di RSUD Cengkareng semakin menipis.
Berdasarkan website eis.dinkes.jakarta.go.id/bed sejak Rabu (23/6/2021) tidak ada lagi ruang rawat ICU yang tersisa bagi pasien Covid-19 di RSUD Cengkareng.
Ruang yang tersisa hanya tinggal ruang rawat isolasi biasa dengan kapasitas 46 tempat tidur.
Tenda darurat
Sementara jumlah pasien di ruang IGD RSUD Kota Bekasi terus bertambah.
Hal ini mengakibatkan menumpuknya jumlah pasien.
Pihak rumah sakit terpaksa mendirikan tenda darurat untuk menampung pasien.
Direktur Utama RSUD Kota Bekasi Kusnanto Saidi menjelaskan didirikannya tenda diakibatkan karena melonjaknya jumlah pasien.
"Iya kan terjadi penumpukan lonjakan pengunjung pasien karena Covid-19. Supaya pelayanan tetap berjalan dan bisa menampung lebih banyak kita buat tenda triase ya di depan IGD," kata Kusnanto saat dikonfirmasi, Selasa (22/6/2021).
Di tenda tersebut, nantinya seorang pasien terlebih dahulu diharuskan melakukan pemeriksaan swab PCR.
Sambil menunggu hasilnya selesai, mereka akan dirawat di sana.
Bagi mereka yang telah memiliki hasil tes namun ruangan perawatan belum tersedia, maka mereka diminta untuk menunggu di tenda yang telah disediakan.
"Jadi tenda itu adalah SOP pemeriksaan awal pasien masuk nanti diskrining, yang belum ter-PCR di-PCR sambil menunggu hasil. Yang sudah ada PCR diskrining kita masukkan ruangan, ketika tidak ada ruangan paling tidak menunggu di ruangan IGD yang sekarang ada," ucapnya.
Kusnanto kembali menegaskan bahwa keputusan itu diambil lantaran ruang IGD tak memungkinkan lagi untuk menampung pasien.
Dua tenda yang didirikan akan berisi 20 tempat tidur.
"Ya kan sudah lihat sendiri di dalam IGD sudah begitu penuh. Pasti tidak semua nyaman. Bukan hanya pasien, tapi juga petugas juga sudah kewalahan. Malam ini kan sedang didirikan, fasilitas-fasilitas tambahannya apa saja, kalau sudah siap secepatnya digunakan," kata Kusnanto.