Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pemerintah Dicap Gagal Atasi Pandemi, Ini 5 Penyebabnya Menurut Peneliti LP3ES

Herlambang P. Wiratraman menilai Pemerintah sudah gagal dalam menangani pandemi Covid-19 yang saat ini kian masif meluas.

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Pemerintah Dicap Gagal Atasi Pandemi, Ini 5 Penyebabnya Menurut Peneliti LP3ES
Tribun Jabar/Gani Kurniawan
Petugas mengangkut tabung oksigen untuk kebutuhan pasien Covid-19 ke dalam ruangan di Hotel Grand Asrilia, Jalan Pelajar Pejuang 45, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (28/6/2021). Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengalihfungsikan Hotel Grand Asrilia menjadi Pusat Pemulihan Pasien Covid-19 di kawasan Bandung Raya. Tempat ini diperuntukkan bagi pasien Covid-19 yang sedang menjalani masa penyembuhan dari berbagai rumah sakit di Bandung Raya. Alih fungsi itu dilakukan seiring meningkatnya bed occupancy ratio (BOR) atau tingkat keterisian rumah sakit rujukan Covid-19 di kawasan Bandung Raya. Ketersediaan tempat tidur di Hotel Grand Asrilia untuk merawat pemulihan pasien Covid-19 terdapat lebih dari 500 tempat tidur. Tribun Jabar/Gani Kurniawan 

Laporan Wartawan Tribunnews, Ismoyo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Jumlah kasus positif Covid-19 yang terjadi beberapa hari belakangan ini terus melonjak tajam, sementara di rumah sakit-rumah sakit pasien kekurangan pasokan oksigen dan menyebabkan puluhan nyawa tak terselamatkan.

Dosen Fakultas Hukum Universitas Airlangga sekaligus Peneliti Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), Herlambang P. Wiratraman menilai Pemerintah sudah gagal dalam menangani pandemi Covid-19 yang saat ini kian masif meluas.

Ada tiga fakta yang menjadi alasan mengapa pemerintah gagal dalam menjaga rakyatnya dari wabah Covid-19.

Fakta tersebut adalah, melonjaknya jumlah kasus secara signifikan belakangan ini, ketidakmampuannya fasilitas kesehatan dalam menangani jumlah pasien yang terinfeksi, dan terakhir adalah banyaknya tenaga medis yang terpapar virus Covid-19.

Fakta tersebut tentunya berdampak kepada menambahnya jumlah angka kematian. Baik masyarakat biasa maupun tenaga medis.

Baca juga: Pemerintah Akhirnya Impor Tabung Oksigen, Pasien Covid Melonjak 352 Persen

Herlambang menjelaskan, kegagalan ini tentunya ada penyebabnya. Dalam pandangannya, terdapat lima sebab.

BERITA REKOMENDASI

Pertama, negara gagal dikarenakan Pemerintah abai dalam mengantisipasi adanya varian baru Covid.

Baca juga: Fraksi PKS Minta Pemerintah Tak Terburu-buru Buka Opsi Impor Tabung Oksigen

“Sebenarnya ini mengulang peristiwa tahun lalu, yang sebenarnya sudah ada praktik pengalaman untuk mencegahnya. Seperti memblok peberbangan dari luar negeri (salahsatunya),” ujar Herlambang dalam Webinar, (5/7/2021).

Penyebab yang kedua, Pemerintah dinilai sangat lambat melakukan tindakan lockdown.

Baca juga: Oksigen Langka, Menkes Budi Gunadi Sadikin Akui Ada Hambatan Distribusi

Seperti terlambatnya melakukan tarik rem darurat PPKM Mikro. Padahal sebelum tanggal 3 Juli 2021 saat pemberlakuan PPKM Darurat, Pemerintah sudah didesak tapi tampaknya dihiraukan.

Yang ketiga, menurut Herlambang, Pemerintah lebih orientasikan pertimbangan ekonomi daripada penyelamatan warga atau tenaga kesehatan. Serta kurang memperkuat fasilitas kesehatan atau layanan publik.


Keempat, pemerintah masih denial atau menyangkal akan adanya ledakan kasus.

Dan yang kelima, pemerintah tidak mengupayakan secara sistematik upaya pemeriksaan dini (testing), pelacakan (tracing), dan perawatan (treatment). Justru Herlambang melihat adanya pembungkaman terhadap mereka yang menyuarakan atau mengkritisi penanganan pandemi.

“Pemerintah tidak serius sesungguhnya dalam melayani secara sistematis upaya 3T. Yang terjadi justru sebaliknya, cukup konsisten untuk menutup rapat informasi. Ketika mendapat kritik dari publik, diserang balik dengan pembungkaman,” ujar Herlambang.

“Lima sebab itu mengapa negara gagal. Ini tidak hanya menguji pelayanan kesehatan, tetapi juga menguji sistem negara juga. Apakah negara hadir atau tidak,” pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas