Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tanggapan Satgas IDI soal Banyaknya Pasien Covid-19 Isoman yang Meninggal Dunia

Begini tanggapan satgas IDI soal banyaknya pasien Covid-19 isolasi mandiri yang meninggal dunia.

Penulis: Shella Latifa A
Editor: Tiara Shelavie
zoom-in Tanggapan Satgas IDI soal Banyaknya Pasien Covid-19 Isoman yang Meninggal Dunia
Grafis Tribunnews.com/Ananda Bayu S
Zubairi Djoerban -Begini tanggapan satgas IDI soal banyaknya pasien Covid-19 isolasi mandiri yang meninggal dunia. 

TRIBUNNEWS.COM - Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban memberi tanggapan soal banyaknya pasien Covid-19 isolasi mandiri (isoman) yang meninggal dunia.

Zubairi menyebut, kondisi tersebut terjadi karena banyak pasien dengan keluhan berat tidak bisa mendapatkan perawatan rumah sakit.

Maka dari itu, menurutnya, tak semua pasien Covid-19 bisa sembarangan menjalani isoman.

"Ada pertanyaan beberapa jurnalis: Kenapa pasien Covid-19 yang isoman itu banyak yang meninggal?."

"Jawaban saya clear. Karena banyak pasien dengan keluhan berat tidak bisa masuk ke rumah sakit."

Baca juga: Muhadjir Sebut Indonesia Berada dalam Situasi Darurat Militer untuk Menangani Pandemi Covid 19

"Artinya, tidak 100 persen pasien Covid-19 itu sebenarnya boleh isoman begitu saja," kata Zubairi melalui akun Twitternya, @ProfesorZubairi, Kamis (16/7/2021).

Ia menekankan, pasien yang boleh menjalani isoman adalah pasien yang memiliki paru-paru normal dan saturasi oksigen yang tidak menurun.

Berita Rekomendasi

Sehingga, sebelum menjalani isoman, pasien Covid-19 harus melakukan rontgen paru-parunya terlebih dahulu.

Agar nantinya, daoat dianalisa apakah ditemukan pneumonia atau tidak.

Zubairi Djoerban
Zubairi Djoerban (Grafis Tribunnews.com/Ananda Bayu S)

Baca juga: KSP: Penanganan Pandemi Merujuk pada Darurat Kesehatan Covid-19

"Pasien Covid-19 yang boleh isoman itu adalah yang rontgen parunya normal dan saturasi oksigennya tidak drop."

"Jadi, perlukah orang yang isolasi mandiri itu di-rontgen? Ya perlu."

"Sebab, kalau ditemukan pneumonia pada dirinya, maka perawatannya akan beda total," jelasnya.

Diberitakan sebelumnya, Tim Koalisi Warga LaporCovid-19 mencatat ada 451 pasien Covid-19 meninggal saat menjalani isolasi mandiri (isoman).

Mereka meninggal karena berbagai alasan, mulai dari terlambat mendapatkan pertolongan karena rumah sakit penuh, hingga karena tidak terpantau dengan baik oleh pemerintah.

Baca juga: Sering Salah Kaprah, Pemberian Terapi Plasma Konvalesen Bukan Saat Pasien Covid-19 Kritis

”Pasien Covid-19 meninggal karena terlambat ditangani bahkan saat membutuhkan fasilitas isolasi mandiri,” kata Inisiator LaporCovid-19, Ahmad Arif dalam konferensi virtual CISDI tentang kolapsnya rumah sakit dan kematian pasien Isoman, Senin (12/7/2021).

Namun kata Arief, ada pula pasien yang beranggapan mereka hanya menderita sakit biasa sehingga terlambat diperiksa dan baru terkonfirmasi positif Covid-19 setelah meninggal.

Arief mengatakan, pihaknya juga menemukan banyak warga yang takut ke fasilitas kesehatan karena isu akan dinyatakan terpapar Covid-19 oleh pihak rumah sakit atau dicovidkan.

”Kami temukan ada pasien yang enggak mau ke rumah sakit karena berbagai alasan. Ada yang takut dicovidkanlah, dan terutama ini di daerah," ujar Arif.

Baca juga: Cerita Wanita Akan Melahirkan Telantar Karena Semua Rumah Sakit di Sukabumi Penuh Oleh Pasien Covid

Kasus seperti ini kata Arief banyak terjadi di Jawa Timur.

Warga cenderung menyangkal dirinya telah positif Covid-19, sehingga telat mendapatkan penanganan medis untuk dirinya dan akhirnya meninggal di rumah.

Kasus terbaru terjadi di Gunung Kidul, Yogyakarta.

"Mereka beranggapan sakit biasa dan cenderung denial dengan Covid-19. Sehingga akhirnya terlambat diperiksa ditangani dan dikonfirmasi positif setelah meninggal," kata Arif.

Adapun 451 kematian ini berasal dari 12 provinsi dan 62 kota/kabupaten yang terlacak. Dari 12 provinsi itu, Jawa Barat menjadi provinsi yang paling banyak ditemui pasien Covid-19 isolasi mandiri yang meninggal yakni sebanyak 160 orang.

Baca juga: Masih Banyak Nakes yang Terpapar Covid-19, Thailand akan Gabungkan Vaksin Sinovac dan AstraZeneca

Sementara kota yang terbanyak mengalami kematian adalah Bekasi sebanyak 81, dan kabupaten yang terbanyak mengalami kematian adalah Sleman yaitu sebanyak 44 orang.

"Jumlah yang terdata ini merupakan fenomena puncak gunung es, karena tidak semuanya terberitakan dan atau terlaporkan," katanya.

Ia menambahkan, para pasien Covid-19 kesulitan mendapatkan rujukan rumah sakit hingga ruang isolasi mandiri sejak pertengahan Juni bulan lalu.

Ia menyebutkan, seringkali pasien isoman anak kos tidak bisa mendapatkan ruang isolasi karena dipingpong dari satu pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) ke Puskesmas yang lain.

Tak hanya itu, pihaknya juga pernah dimintai bantuan mencari rumah sakit rujukan Covid-19.

Namun, pasien tersebut meninggal karena terlambat ditangani, bahkan sebagian meninggal saat perjalanan.

"Jadi, permasalahan semakin kompleks. Orang yang meninggal saat isoman semakin intens," ujarnya.

Baca juga: MUI Imbau Masyarakat Patuhi Peniadaan Salat Iduladha di Zona Merah Covid

LaporCovid-19 merekomendasikan kepada pemerintah untuk memperbanyak tempat isolasi terpusat dengan memanfaatkan gedung-gedung pemerintah atau sekolah, dilengkapi dengan tenaga kesehatan yang memantau pasien.

Selain itu, bisa juga dengan mengoptimalkan konsultasi online melalui telemedicine untuk mengedukasi dan mengawasi pasien isoman.

Lingkungan terkecil seperti RT/RW juga harus saling mendukung secara sosial kepada pasien isoman agar bisa menjalani masa pemulihan dengan baik.

Sementara itu, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan, banyak faktor penyebab kematian pasien Covid-19 yang isoman.

"Terutama karena kondisi kritis yang sangat cepat terjadi pada pasien Covid-19. Kemudian banyak pasien Covid-19 yang tidak bisa ke fasyankes dikarenakan penuh dan harus mengantre sehingga memilih untuk isolasi dan melakukan perawatan sendiri," ujar Nadia.

Untuk mengatasi masalah ini, dia melanjutkan, saat ini selain layanan di pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) melalui satuan tugas memonitor pasien isoman.

Kemudian pasien Covid-19 mendapatkan obat. Selain itu, dia melanjutkan, kini ada layanan kesehatan digital telemedicine. Terkait baru Jakarta yang menerapkannya, Nadia mengatakan layanan ini secara bertahap akan diterapkan di wilayah lainnya.

Ia mencontohkan, Jawa Barat (Jabar) juga sudah memilikinya dan mengelolanya. Upaya terakhir adalah memperkuat koordinasi dengan satgas RT/RW untuk koordinasi dengan puskesmas dalam memantau warga yang isoman.

Baca berita soal Virus Corona lainnya

(Tribunnews.com/Shella Latifa/fah/dod)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas