Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Taruna Merah Putih Gelar Pelatihan Menulis dan Fotografi Jurnalistik

Restu Hapsari menilai bahwa informasi dan komunikasi publik melalui media massa dan sosial media di era digital saat ini sangat penting dikuasai.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Taruna Merah Putih Gelar Pelatihan Menulis dan Fotografi Jurnalistik
Ist
DPP Taruna Merah Putih menyelenggarakan Pelatihan Menulis dan Fotografi Jurnalistik Angkatan I yang menyasar kader Taruna Merah Putih di Jabodetabek dan Jawa Bara, Sabtu (7/8/2021). 

"Ada beberapa tips yang bisa dilakukan dalam penulisan berita, yakni menangkap intisari suatu peristiwa atau fakta, disusun menjadi berita, susun judul dan lead berita yang singkat dan menarik, opini reporter/penulis tidak boleh ada dalam berita, hindari ketidakakurasian dan distorsi, gunakan kaidah bahasa yang baik dan benar dan sesuai dengan KBBI, dan hindari typo atau salah ketik,” pesan Dewan Pengawas ANTARA tersebut.

Selanjutnya, Dikhy Sasra menjelaskan dalam konteks fotografi jurnalistik, setiap jurnalis lapangan harus memahami beberapa teknik dan angle berita seperti foto yang berisikan gambar dari suatu peristiwa yang terjadwal atau direncanakan sebelumnya.

Terkait fotografi jurnalistik, jelas Dikhy, tentu tidak lepas dari kaidah-kaidah etika yang ada dalam undang-undang pers.

Namun, sekarang ini fenomena medsos (media sosial) sangatlah mempengaruhi kinerja media mainstream (arus utama). Kini sudah bukan hal baru lagi media mainstream "mengekor" isu dari medsos untuk mendapatkan rating.

Menurut Dikhy, tantangan ke depan adalah bagaimana fotografi mampu berbicara dalam bahasa emosi diam, karena hakekatnya foto yang baik adalah foto yang mampu 'berbicara' dan dapat mewakili suara subjeknya.

“Fotografi jurnalistik kini banyak sekali sumber dan referensi tentang fofo-foto yang dapat kita cari dari medsos sebagai acuan untuk pemotretan. Fotografi dalam era digital saat ini manjadi hal penting, walau ada sebagian berpandangan sebaliknya. Fotografi menjadi hal yang krusial karena sifatnya yang membekukan kejadian, bukan merekam peristiwa. Sifat membekukan kejadian ini menjadikan fotografi memiliki emosi yang lebih mendalam dibanding media video. KIta bisa menerawang jauh ketika melihat foto masa kanak-kanak yang penuh suka cita,” ungkap Dikhy.

BERITA TERKAIT
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas