Cerita Maria Sendy Rangkul Istri Teroris Hingga Wujudkan Musrenbang Perempuan
Maria dan teman-temannya juga menawarkan peluang usaha dan upaya agar istri teroris tersebut bisa diterima kembali di masyarakat.
Penulis: Gita Irawan
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Pokja Damai Kelurahan Candirenggo, Kabupaten Malang, Maria Sendy, mengungkapkan pengalamannya sebagai aktor perdamaian Gerakan Desa Damai.
Kiprahnya sebagai aktor perdamaian perempuan di masyarakat di mulai lima tahun lalu.
Lima tahun lalu, ketika mendengar kata intoleransi dan terorisme, ia menganggap hal itu adalah persoalan yang jauh dari kehidupannya.
Sementara itu, kata dia, banyak sekali permasalahan yang terjadi di sekitarnya di antaranya kekerasan yang dialami teman-teman perempuannya.
Sebagai sesama perempuan, kata dia, ia tergerak untuk ikut membantu.
Namun demikian, ia tidak tahu bagaimana caranya.
Baca juga: Cerita Kepala BNPT Pernah Ditegur Mantan Napi Terorisme hingga Terenyuh Lihat Kondisi Penyintas
Hingga pada tahun 2017 ada program Desa Damai dari Wahid Foundation di Kelurahan Candirenggo.
Dari sana keinginannya untuk membuat ibu-ibu di wilayahnya lebih berdaya dan terlindungi dari konflik maupun kekerasan bisa terwujud.
Dalam program Desa Damai, akhirnya ia tahu ada mekanisme perlindungan terhadap perempuan korban kekerasan karena mendapatkan pelatihan literasi hukum akses perempuan terhadap keadilan.
Hal tersebut disampaikannya dalam acara Forum NUSANTARA “Gerakan Nasional Untuk Indonesia Damai, Adil dan Setara” yang disiarkan di kanal Youtube Wahid Foundation pada Selasa (10/8/2021).
Baca juga: Bamsoet Apresiasi Kemampuan Satgultor TNI Atasi Terorisme di Gedung MPR RI
"Sampai di 2018 ada kejadian teroris yang tertembak mati di wilayah lain di Jawa Timur. Dan itu menjadi perbincangan di Candirenggo dan menjadi keresahan bagi masyarakat di Candirenggo," kata dia.
Namun, ia memberanikan diri untuk melakukan komunikasi dengan istri teroris tersebut.
Ia mengaku tidak takut karena ia merasa istri teroris tersebut harus dirangkul.
Kemudian, ia bersama ibu-ibu kelompok perempuan berkunjung ke rumah istri teroris tersebut.
Di sana, ia dan teman-temannya mengajak istri teroris tersebut bergabung dengan mereka.
Maria dan teman-temannya juga menawarkan peluang usaha dan upaya agar istri teroris tersebut bisa diterima kembali di masyarakat.
"Karena ibu itu juga mempunyai anak kecil yang harus melanjutkan pendidikan dan hidupnya," kata dia.
Maria mengatakan, pengalaman tersebut adalah pelajaran yang berharga buatnya, ternyata perempuan bisa menjadi jembatan komunikasi yang positif di masyarakat.
Baca juga: Polisi Minta Buronan Teroris MIT Poso Pimpinan Ali Kalora Cs Menyerahkan Diri
Menurutnya pengalaman tersebut juga merupakan perwujudan dari pelajaran terkait membangun perdamaian dalam pelatihan-pelatihan yang diberikan Wahid Foundation.
Tidak berhenti di situ Maria juga mengungkapkan keinginan tertinggi kelompok perempuan di wilayahnya adalah agar suara perempuan bisa masuk ke level kebijakan di tingkat Kelurahan.
Ternyata, kata dia, banyak sekali persoalan di tingkat kelurahan yang tidak bisa diselesaikan oleh lima atau 10 orang saja.
Untuk itu, ia dan teman-temannya merasa butuh gerakan yang lebih besar dan berkelanjutan.
Kemudian, ia bersama teman-temannya mengusulkan kepada Lurah setempat untuk mengadakan Musrenbang Perempuan sebelum Musrenbang Kelurahan.
"Dengan difasilitasi oleh Wahid Foundation maka pada 8 Maret 2021 yang bertepatan dengan Hari Perempuan Internasional Kelurahan Candirenggo telah melaksanakan Musrenbang Perempuan yang pertama dan itu adalah sebuah dobrakan besar kami karena akhirnya ide-ide atau suara perempuan bisa masuk dalam program kerja ditingkat kelurahan," kata dia.
Selama ini, lanjutnya, Musrenbang Kelurahan selalu didominasi laki-laki dan kehadiran perempuan hanya sebagai pelengkap.
Selain itu, ia dan teman-temannya dari kelompok perempuan yang juga Pokja Damai Kelurahan Candirenggo, akhirnya diberi tempat oleh aparat kelurahan.
Tempat tersebut, kata dia, kemudian dijadikan sebagai tempat pemberdayaan perempuan dan sebagai ruang konseling atau ruang perlindungan bagi korban kekerasan di wilayah Candirenggo.
"Kami juga telah menbentuk Satgas untuk penanganan korban kekeraaan terutama untuk perempuan dan anak. Semoga niat baik kami dapat memberikan kontribusi dalam merawat keragaman dan juga perdamaian di Indonesia," kata dia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.