RI Diminta Kritisi Manfaat dan Risiko Latgab TNI AD-US Army, Tanggapan Komisi I DPR dan Pengamat
Latihan gabungan dengan nama Garuda Shield berlangsung selama dua pekan mulai 1 sampai 14 Agustus di 3 lokasi berbeda.
Penulis: Choirul Arifin
Kegiatan latihan dibuka resmi oleh Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa dan Commanding General USARPAC General Charles A Flynn, Rabu (4/8/2021).
Lokasi latihan gabungan ini berada di Puslatpur Kodiklatad di Baturaja, Daerah Latihan Amborawang di Balikpapan, dan Makalisung, Manado.
Materi latihan gabungan meliputi staff exercise, field training exercise (FTX), live fire exercise (LFX), aviation, dan medical exercise (medex).
Ada juga dua program latihan yang akan digabungkan, yakni joint combined exchange training (JCET) dan Garuda Airborne.
Tanggapan DPR
Menanggapi kegiatan latihan gabungan ini, anggota Komisi I DPR RI TB Hasanuddin menilai sebagai negara yang menganut politik luar negeri bebas aktif, sudah selayaknya Indonesia berhubungan dengan banyak negara, termasuk dalam hal latihan tempur militer.
"Ada pendapat yang mengatakan, sebagai negara non blok Indonesia tidak boleh berlatih dengan Amerika Serikat atau beberapa negara tertentu, itu keliru besar. Sah-sah saja," ujar TB Hasanuddin.
"Toh, latihan yang dilakukan TNI itu hanya seputar masalah teknis dan taktis bukan latihan Pakta Pertahanan," kata politikus PDI Perjuangan tersebut kepada Tribunnews.com, Jumat (6/8/2021).
Hasanuddin menambahkan, latihan pertempuran yang biasa dilakukan TNI hanyalah teknik dan taktik saja dalam konteks meningkatkan keterampilan personil militer dari kedua belah pihak.
Indonesia, kata dia, bukan hanya berlatih dengan Amerika Serikat saja tapi juga dengan hampir semua negara ASEAN secara rutin.
"Kita juga pernah berlatih juga dengan tentara Australia, beberapa negara Eropa bahkan pasukan Komando baret merah Indonesia pernah berlatih dengan pasukan Komando Cina," ujar TB Hasanuddin.
Selain itu, Hasanuddin mengatakan hampir setiap tahun perwira TNI mendapat tugas belajar di sejumlah negara, baik pendidikan perwira dasar maupun Sesko Angkatan bahkan Lemhanas.
"Saya kira itu tak jadi masalah, sebagai negara non blok justru kita harus berlatih dengan banyak negara," kata dia.
Pendapat pengamat