YKAN: Teknologi Budi Daya Tambak Udang Berpotensi Kurangi 1 Miliar Ton CO2 Dalam 10 Tahun
YKAN mengungkapkan teknologi budi daya tambak udang yang maju dapat meningkatkan produksi sekaligus menyelamatkan 600,000 hektare mangrove.
Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Adi Suhendi
Di sisi lain, kegiatan budi daya bisa dilanjutkan di areal yang tersisa dengan mendorong teknologi budi daya yang lebih maju untuk meningkatkan produksi.
Pendekatan ini dapat menyelamatkan 600,000 hektare mangrove dengan potensi mitigasi dan pengurangan CO2 sebesar 1 miliar ton dalam 10 tahun.
Ilman juga menyampaikan pembelajaran dari kegiatan YKAN bersama mitra tentang budi daya udang secara berkelanjutan di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, dan Kota Semarang, Jawa Tengah.
Kabupaten Berau misalnya, memiliki ekosistem mangrove seluas 86.000 hektare, terluas di Provinsi Kalimantan Timur.
Sayangnya, pembukaan tambak udang yang tidak terencana menjadi pendorong utama deforestasi mangrove di sana.
Baca juga: Penemuan Mayat Bayi Perempuan di Ekowisata Mangrove Surabaya, Kondisinya Sudah Tak Utuh
“Pada 2019, 13 persen atau 11.000 hektare lahan mangrove diubah menjadi areal tambak udang. Jika area tambak terus meluas, dapat menyebabkan dampak negatif yang lebih besar, tidak hanya bagi ekosistem tetapi juga bagi masyarakat pesisir,” kata Ilman.
Ilman melanjutkan bahwa untuk mengatasi hal tersebut, YKAN bersama Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, memperkenalkan tambak SECURE (Shrimp-Carbon Aquaculture) di Delta Berau.
Sebagian besar tambak udang di delta tersebut berukuran besar, mulai dari 5 hektare hingga 25 hektare.
Luasnya tambak ini berbanding terbalik dengan produktivitasnya yang hanya 27 kg per hektare per siklus.
Produktivitas yang rendah ini menjadi salah satu alasan untuk membuka tambak udang baru demi mendapatkan lebih banyak manfaat ekonomi.
Program tambak SECURE dilakukan dengan mendesain ulang tambak udang ke ukuran yang lebih kecil dan menggabungkannya dengan restorasi hidrologi mangrove.
Program tersebut telah merestorasi 10 hektare tambak udang aktif menjadi 2 hektare tambak udang.
Sementara areal sisanya, sebesar 8 hektare digunakan sebagai areal restorasi mangrove yang akan mendukung pakan alami untuk udang dan ikan, serta mengurangi emisi karbon.
Ilman mengatakan jika kawasan pesisir dikelola secara terpadu, akan tercipta keseimbangan antara kesejahteraan masyarakat pembudidaya dan konservasi ekosistem mangrove.
“Upaya ini penting karena ekosistem mangrove yang sehat mendukung produktivitas perikanan, memberikan sumber pendapatan, perlindungan, serta berkontribusi pada ketahanan pangan dan sosial juga penurunan emisi gas rumah kaca,” ujar Ilman.