Rektor Uhamka: Lingkungan Kampus Harus Responsif Terhadap Isu Gender
Rektor Universitas Muhammadiyah Prof DR Hamka (Uhamka) Gunawan Suryoputro mengatakan, pihaknya berkomitmen mendorong terciptanya kampus responsif gend
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rektor Universitas Muhammadiyah Prof DR Hamka (Uhamka) Gunawan Suryoputro mengatakan, pihaknya berkomitmen mendorong terciptanya kampus responsif gender.
"Kami selalu mendukung dan mendorong sepenuhnya kepada PSGPA menjadi pusat studi yang unggul dalam melakukan terobosan pengarusutamaan gender dan perlindungan anak di bidang catur darma perguruan tinggi," ucap Gunawan melalui keterangan tertulis, Rabu (25/8/2021).
Gunawan mendukung PSGPA menjadi pusat studi yang unggul dan mampu memberikan terobosan baru dalam upaya pengarusutamaan gender dan perlindungan anak.
Dia menambahkan, salah satu dalam bidang ini PSGPA telah mengintegrasikan kurikulum pengarusutamaan gender ini.
"Kami berharap PSGPA mengadakan penelitian, pendidikan, pengajaran responsif gender dan pengabdian kepada masyarakat,” ujar Gunawan.
Baca juga: Rektor Uhamka Minta Gagasan yang Moderat Tidak Sekedar Jadi Tulisan di Atas Kertas
Sementara itu, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengungkapkan, konsep Alquran, hadis, sunah nabi dalam contoh keteladanan kaum Muslimimn dimulai dari Nabi itu merupakan bangunan faktual yang dilakukan Muhammadiyah dan Asyiyah.
“Kontruksi itu penting. Sekolah perempuan, perempuan harus merekonstruksi hal-hal yang kita pelajari agar mengendap dialam pikiran kita akan mengorientasi dalam sikap dan tindakan,” ujar Haedar.
Haedar menyampaikan, rekonstruksi kelembagaan SPU dan orientasi nilai sangat penting agar semakin maju, mantap, dan unggul dengan sistem Muhammadiyah.
"Rekonstruksi nilai Islam berkemajuan ala Muhammadiyah, rekonstruksi paradigma Aisyiyah Islam berkemajuan melalui pemahaman Alquran secara komprehensif yang kontekstual. Rekonstruksi sistem pembenahan sistem yang menyatu sama lain yang mengacu pada Muhammadiyah,” ungkap Haedar.
Selain itu, dia mengungkapkan rekontruksi model praksisnya. Pengembangan program, pengembangan aksi itu harus interkoneksi dengan Aisyiyah dan NA serta memberikan manfaat pada Muhammadiyah.
Hal ini, kata Haedar, merupakan rekonstruksi dalam kelembagaan dan orientasui nilai.
"Posisi kita dalam bidang pendidikan meniscayakan kita untuk menjadi lebih baik sesuai karakter Muhammadiyah yang berbasis pada karakter Islam berkemajuan,” pungkas Haedar.