Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Hakim Konstitusi Tanya Ahli Efek Samping dan Kadar Kecanduan Ganja Medis untuk Pengobatan Epilepsi

Pertanyaan tersebut diajukan Suhartoyo kepada ahli neuropsikofarmakolog Inggris David Nutt.

Penulis: Gita Irawan
Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Hakim Konstitusi Tanya Ahli Efek Samping dan Kadar Kecanduan Ganja Medis untuk Pengobatan Epilepsi
Tangkapan Layar: Kanal Youtube Mahkamah Konsitusi RI
Neuropsikofarmakolog Inggris David Nutt dan dua ahli lain yang dihadirkan secara virtual dalam sidang Perkara Nomor 106/PUU-XVIII/2020 dengan agenda mendengar keterangan ahli pada hari ini Senin (30/8/2021). 

Seringkali, kata dia, obat-obatan yang digunakan sebenarnya ditujukan untuk orang dewasa dan berdampak sangat mengerikan untuk anak-anak.

"Efek paling dramatis yang bisa kita lihat adalah bahwa anak-anak yang sebelumnya sama sekali tidak bisa melalukan apa-apa karena dia senantiasa kejang sekarang anaknya bisa sekolah. Dan terlihat bahwa semakin lama digunakannya semakin baik hasilnya dan ini sungguh luar biasa," kata dia.

Menurutnya pengobatan ganja medis untuk anak yang mengalami epilepsi serupa dengan perawatan anak-anak penderita diabetes melalui pemberian insulin.

"Serupa dengan anak-anak diabetes yang kita rawat dengan insulin," kata David.

David juga menjelaskan terkait dengan risiko ketergantungan atau adiksi.

Baru-baru ini, kata dia, ia melakukan studi penelitian dengan membandingkan risiko ketergantungan orang-orang yang melakukan kanabis untuk rekreasional terhadap orang yang menggunakan secara medis.

Berdasarkan penelitian tersebut, kata dia, mereka yang menggunakan ganja secara medis risiko adiksinya sangat rendah.

BERITA REKOMENDASI

Setidaknya, kata dia, ada tiga alasan dan ada alasannya untuk itu.

Pertama karena mereka mengobati penyakit.

Kedua karena mereka tidak ingin ada pengalaman mabuknya.

"Ketiga adalah bahwa mereka biasanya menggunakan produk yang memiliki kandungan berimbang antara THC dan canabidiol. Dan kita tahu bahwa penggunaan rekreasional lebih ke arah THC yang lebih kuat, yang lebih adiktif dan menimbulkan psikosis juga lebih tinggi," kata dia.

Ia menjelaskan penggunaan obat-obatan tersebut perlu terkendali secara medis dengan kandungan yang berimbang dan pengawasan dokter yang terlatih untuk menggunakannya dengan benar yakni dengan konsentrasi THC terendah.


"Maka kemungkinan seorang pasien yang menjadi ketergantungan terhadap kanabis medis akan sangat-sangat rendah. Adalah sifat THC yang sangat tinggi yang tidak terkontrol di pasar rekreasional itulah yang mungkin menjadi persoalan. Dan sebagaimana dikatakan oleh Prof Musri sangat mungkin untuk mengontrol kandungannya. Dan ini betul-betul ada sepenuhnya dalam kemampuan para ilmuwan dan para dokter kita," kata dia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas