Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pasca Perusakan Rumah Ibadah di Sintang, Jemaah Ahmadiyah Bertahan di Rumah Sementara Polisi Berjaga

Para jemaah masih berada di rumah masing-masing dan mendapatkan pengamanan dari petugas kepolisian.

Penulis: Igman Ibrahim
Editor: Dewi Agustina
zoom-in Pasca Perusakan Rumah Ibadah di Sintang, Jemaah Ahmadiyah Bertahan di Rumah Sementara Polisi Berjaga
Ist
Diperkirakan ada 200 orang massa yang terlibat dalam perusakan Masjid Ahmadiyah ini. 

"Benar terjadi peristiwa itu, ada bangunan yang dirusak dan dibakar oleh massa berjumlah 200 orang tidak ada korban jiwa," kata Donny.

Akibat penyerangan ini, kata Donny, rumah ibadah tersebut rusak lantaran dilempar dan dikabar oleh massa.

"Ada bangunan yang dirusak dan dibakar. Untuk masjidnya sendiri ada yang rusak karena dilempar. Sedangkan yang sempat terbakar adalah bangunan di belakang masjid," ujar Donny.

Namun demikian, ia menyebutkan pihaknya telah menurunkan ratusan personel untuk berjaga. Termasuk, mengamankan jemaah Ahmadiyah di sekitar lokasi.

Baca juga: Terkait Penyerangan Masjid Ahmadiyah, DPR Minta Masyarakat Tak Terprovokasi Kelompok Manapun

"Saat ini personel gabungan TNI dan Polri berjumlah lebih dari 300 personel sudah berada di TKP. Kita fokus mengamankan jemaah Ahmadiyah yang berjumlah 72 orang atau 20 KK dan rumah ibadah. Situasi sudah terkendali, massa sudah kembali," jelasnya.

Menurut Donny, massa tidak terima dengan keputusan pemerintah daerah Sintang yang hanya menghentikan operasional Ahmadiyah.

"Mereka kecewa karena Pemkab Sintang hanya menghentikan operasional di tempat ibadah, sedangkan massa menuntut agar tempat ibadah dibongkar," tukasnya.

BERITA TERKAIT

Komisioner Kompolnas Poengky Indarti mengkritik tindak pencegahan Polri dalam peristiwa perusakan dan pembakaran rumah ibadah Ahmadiyah oleh massa di Sintang, Kalimantan Barat.

Ia menuturkan, Polri seharusnya telah memiliki langkah mengantisipasi adanya kekerasan di tempat tersebut. Apalagi, personel Polri telah mencakup hingga ke pelosok desa.

"Kompolnas berharap pencegahan kekerasan dimaksimalkan oleh Polisi. Polisi memiliki sumber daya hingga level desa/kelurahan yaitu Bhabinkamtibmas, sehingga diharapkan mampu mengawasi dan memotret hal-hal kecil yang nantinya dapat membesar menjadi konflik," kata Poengky.

Ia juga mengkritik penanganan Polri di Sintang dalam menangani konflik. Seharusnya, pihak kepolisian mampu mencegah adanya tindak kejahatan lebih maksimal.

"Kapolres selaku anggota Forkopimda diharapkan lebih memahami situasi dan peka terhadap potensi konflik, sehingga bisa mencari jalan keluar, agar kamtibmas dapat terjaga. Dengan mengedepankan tindakan preventif dan preemtif, saya yakin akan mampu mencegah kejahatan secara maksimal," ungkapnya.

Ia menuturkan pihak kepolisian harus dapat melindungi seluruh lapisan masyarakat dan menjaga keberagaman tersebut.

"Saat ini diharapkan polisi dapat mendinginkan situasi (cooling down) dan mencegah terulangnya kekerasan. Indonesia adalah negara yang berbhinneka, tetapi tetap satu. Sehingga seluruh masyarakat harus bersatu, saling menghormati dan toleran meskipun berbeda-beda. Keberagaman adalah kekayaan Indonesia yang harus disyukuri," ujar dia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas