Pendiri Drone Emprit Ingatkan Pemerintah Soal Tren Percakapan Di Medsos Tentang Penghapusan Mural
Pendiri Drone Emprit Ismail Fahmi mengingatkan pemerintah terkait dengan polemik penghapusan mural yang ramai dibicarakan di media sosial.
Penulis: Gita Irawan
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pendiri Drone Emprit Ismail Fahmi mengingatkan pemerintah terkait dengan polemik penghapusan mural yang ramai dibicarakan di media sosial.
Fahmi menjelaskan penghapusan mural oleh aparat pertama kali ramai dibicarakan di media sosial Twitter pada 11 Agustus 2021 terkait dengan mural yang bertuliskan "Dipaksa Sehat Di Negara Yang Sakit".
Tren percakapan terkait penghapusan mural tersebut, kata dia, kemudian mendapatkan momentumnya saat dihapusnya mural bergambar mirip Presiden Joko Widodo dengan frasa "404 Not Found" pada 13 Agustus 2021.
Tren percakapan terkait penghapusan mural tersebut kemudian mendapatkan lagi momentumnya ketika ada yang mengunggah gambar seperti bekas perkebunan kelapa sawit dengan kepsyen yang pada pokoknya mempertanyakan mengapa "mural" tersebut tidak dihapus.
Setelahnya, kata dia, kemudian media mulai memberitakan mural mewabah di Tangerang.
Baca juga: KSP: Ada Kekeliruan Mendasar Praktik Demokrasi Soal Maraknya Mural Presiden Jokowi
Fahmi terkejut karena tidak menduga topik tersebut bisa dibicarakan dalam durasi yang relatif lebih lama dari tren percakapan lainnya di media sosial.
Ia mengatakan sejak saat itu sampai sekarang tren percakapan tentang penghapusan mural bisa mencapai sekira 5 ribu percakapan dalam sehari dan tidak hilang sama sekali.
Fahmi bahkan menduga mural akan menjadi endemik jika tidak ditangani dengan baik.
Hal tersebut disampaikan Fahmi dalam acara bertajuk Mural Yang Viral, Dihapus Di Dinding, Menjalar Ke Medsos yang disiarkan di kanal Youtube Gelora TV pada Rabu (8/9/2021).
Baca juga: Empat Mural Viral di Tangerang, Jakarta dan Pasuruan yang Akhirnya Dihapus Petugas
"Biasanya setiap ada penghapusan itu adalah power baru. Setiap mural dihapus itu adalah power baru. Kayak bensin baru buat perjuangan. Jadi saya kira pemerintah harus hati-hati, karena setiap kali dihapus itu semangat baru," kata Ismail.
Padahal menurutnya seandainya mural-mural tersebut dibiarkan, sebetulnya tren percakapan di media sosial bisa turun.
"Makanya ini masukan juga buat pemerintah supaya berpikir baik-baik lah ketika menghadapi mural. Begitu mural dihapus itu seperti menyiram bensin," kata dia.