Kronologi Tewasnya Ali Kalora: Berawal dari Operasi Intelijen, Ditembak Saat Terpisah dari Kelompok
Selain Ali Kalora, seorang anggota MIT juga ikut tewas dalam kontak bersenjata itu, yakni Jaka Ramadhan alias Ikrima.
Editor: Malvyandie Haryadi
”Baku tembak itu meledak di Jaka Ramadhan. Ini ada bekas bomnya meledak ini. Entah dia ingin melempar atau ingin bunuh diri," ucap Rudy.
Setelah menembak mati Ali Kalora dan Jaka Ramadhan, Satgas Madago Raya kemudian mengamankan sejumlah barang bukti, di antaranya senjata laras panjang M16 dan sembilan butir peluru, serta 2 jenis bom.
Baca juga: Pemimpin MIT Ali Kalora Tewas Tertembak, Kapolda Sulteng Berharap 4 DPO Teroris Poso Serahkan Diri
"Kami turut mengamankan barang-barang milik Ali Ahmad alias Ali Kalora dan Jaka Ramadhan alias Ikrima alias Rama yakni sepucuk senjata Laras panjang jenis M16, dua buah ransel, satu buah bom tarik, satu buah bom bakar, pakaian, dan lainnya," ujar Rudy.
Dari pantauan Tribun Network, senjata laras panjang berwarna hitam milik Ali Kalora itu terlihat sudah usang. Bagian gagangannya yang berwarna hitam mulai memudar, begitu pula bagian ujungnya yang sudah berkarat.
Karatan juga tampak di permukaan magasin senjata tersebut. Sementara sembilan butir peluru aktif dikeluarkan Satgas Madago Raya dari dalam magasin.
Selain senjata, Satgas Madago Raya juga menyita peralatan yang diduga dipakai oleh Ali Kalora dan Jaka Ramadhan selama dalam pelarian sebagai DPO.
Barang milik Ali Kalora yang disita di antaranya selimut, sarung, celana, senter Kepala, benang lilit, belanga plus daging, kaos kaki, headset, kepala charger, gunting, garam, baju kaos, kantong tepung kecil isi beras, kantong tepung kecil isi obat-obatan.
Kemudian gergaji, parang, autan, muk air, toples kecil; botol minyak, sorban sarung, korek api dalam botol kuning, ponds, sikat gigi untuk senpi, tali pancing, slink, lilit tali jemuran kecil warna biru, karet ban, minyak tanah botol putih kecil, terpal cokelat, handphone andorid, dan jam tangan.
"Mereka bukan cuma membawa senjata dan bom, dalam setiap pergerakan mereka selalu membawa seluruh perlengkapan untuk kebutuhan hidup mereka di tengah hutan," jelas Rudy.
Dengan tewasnya Ali Kalora, Rudy memastikan kelompok teroris MIT kini tak lagi memiliki pemimpin. "Ali Kalora sudah tewas dan saya pastikan tidak ada penggantinya," tegas Rudy Sufahriadi.
Meski demikian, ia juga mengatakan masih ada empat DPO yang tersisa yang kini dikejar aparat.
Keempat DPO tersebut adalah Askar alias Jaid alias Pak Guru, Nae alias Galuh alias Muklas, Suhardin alias Hasan Pranata, dan Ahmad Gazali alias Ahmad Panjang.
"Kini DPO MIT tersisa 4 orang dan sampai saat ini masih terus dilakukan pengejaran," ucap Rudy. ”Sisa 4 orang ini orang Bima semuanya, simpatisan yang terpengaruh konflik Poso zaman dahulu, termasuk kelompok Santoso dulu,” ujarnya.
Rudy menuturkan sudah mendapat informasi mengenai keberadaan sisa teroris di Poso itu. Para buronan tersebut dipastikan masih bersembunyi di wilayah pegunungan Parigi dan Poso.