Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Penanaman Mangrove Digalakkan untuk Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca

Program ini dapat mendorong pelestarian keanekaragaman hayati di ekosistem mangrove dan dapat menjadi sarana edukasi bagi masyarakat

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Penanaman Mangrove Digalakkan untuk Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca
HandOut/IST
Yayasan KEHATI bersama PT Asahimas Chemical melakukan penandatanganan Nota Kesepakatan Program Mangrove Blue Carbon di Gedung World Trade Center Jakarta (22/10/2021). 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Program penanaman mangrove memiliki peran penting dalam mendukung pengurangan emisi gas rumah kaca (carbon pollution).

Penambahan hutan mangrove juga sebagai langkah untuk memitigasi perubahan iklim.




Yayasan KEHATI bersama PT Asahimas Chemical melakukan penandatanganan Nota Kesepakatan Program Mangrove Blue Carbon di Gedung World Trade Center Jakarta (22/10/2021).

Kesepakatan berdurasi 5 tahun ini dilakukan oleh Vice President Director PT ASC Eddy Sutanto dan Direktur Eksekutif Yayasan KEHATI Riki Frindos.

"Permasalahan lingkungan dan perubahan iklim merupakan permasalahan global yang harus diselesaikan secara bahu-membahu oleh seluruh pihak. PT Asahimas Chemical mencoba menjadi solusi bagi permasalahan lingkungan yang berada di sekitar area operasi,” ujar Vice President Director PT ASC Eddy Sutanto kepada wartawan, Rabu (22/9/2021).

Program ini dilakukan untuk mendukung pembangunan rendah karbon dengan melakukan rehabilitasi lahan mangrove di pesisir Banten. Terutama wilayah yang terdampak oleh bencana tsunami pada tahun 2018.

BERITA TERKAIT

Salah satu pendekatan dan tujuan dari program rehabilitasi ekosistem mangrove yang dilakukan yaitu mengedukasi pentingnya melestarikan ekosistem mangrove kepada masyarakat di daerah program di Provinsi Banten.

Baca juga: BRGM Targetkan Rehabilitasi 1.500 Hektare Mangrove di Papua

Hal ini mengacu kepada data Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten, yang menyebutkan penyebab kerusakan mangrove di Banten adalah aktivitas manusia.

Oleh karena itu, penanaman kembali mangrove harus diikuti oleh upaya meningkatkan kesadaran dan keterlibatan masyarakat yang tinggal disekitar kawasan yang akan di rehabilitasi.

Program Mangrove Blue Carbon sendiri merupakan konsep program konservasi dan rehabilitasi keanekaragaman hayati yang dirancang untuk mendukung program nasional program dari pemerintah pusat yang masuk dalam program prioritas nasional (PPN) RPJMN 2020-2024 melalui pembangunan rendah karbon (PRK). PT Asahimas Chemical berharap program ini dapat merehabilitasi ekosistem mangrove seluas 14 hektar dan bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat, seperti kelompok perempuan, nelayan, dan pemuda serta dapat memberikan nilai ekonomis masyarakat setempat dalam bentuk produk turunan mangrove.

Selain manfaat ekologi, dengan meningkatnya produktivitas biologi sumber daya perikanan daerah pesisir Banten, nelayan diharapkan dapat menerima manfaat ekonomi dengan berkembang biaknya ikan dan biota laut. Belum lagi melalui pemanfaatan area konservasi menjadi daerah tujuan ekowisata.

Pada kesempatan yang sama Direktur Eksekutif Yayasan KEHATI Riki Frindos berharap program ini dapat mendorong pelestarian keanekaragaman hayati di ekosistem mangrove dan dapat menjadi sarana edukasi bagi masyarakat disana khususnya generasi muda melalui pembuatan taman kehati mangrove. “Kami berharap program ini dapat berjalan sukses dan bisa direplika di daerah-daerah lain di seluruh Indonesia,”tambahnya.

Program rehabilitasi ekosistem mangrove sendiri sudah dilakukan oleh PT Asahimas Chemical di Provinsi Banten sejak tahun 2013, dimana PT Asahimas Chemical (ASC) melakukan penanaman dan pembibitan 10 ribu mangrove di area seluas satu hektar di muara kali Cibanten, Serang.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas