Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kasus Kekerasan Nakes oleh KKB di Papua Harus Diusut Sampai Akarnya

Kasus penembakan kepada tenaga kesehatan yang dilakukan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papu

Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Kasus Kekerasan Nakes oleh KKB di Papua Harus Diusut Sampai Akarnya
PUSPEN TNI/Puspen TNI
Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Ignatius Yogo Triyono, M.A secara langsung berkunjung ke RS TK II Marthen Indey untuk mengetahui dan memastikan kondisi terkini dari korban secara fisik dan psikis serta memberikan support kepada tenaga kesehatan yang selamat dari kekejian, kebiadaban dan kekerasan yang dilakukan oleh KST (Kelompok Separatis Teroris) di Distrik Kiwirok, Kab. Pegunungan Bintang beberapa waktu lalu. Rabu (22/9/2021). (TRIBUNNEWS/PUSPEN TNI) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kasus penembakan kepada tenaga kesehatan yang dilakukan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua menjadi duka yang mendalam bagi bangsa Indonesia.

Dalam hal ini, Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo dalam wawancaranya dengan Rumah Kebudayaan Nusantara (RKN) berharap bahwa kasus ini ditindak bisa segera diusut.

"Kita berharap aparat keamanan segera bertindak untuk mengusut kasus ini secara transparan demi tegaknya martabat hukum," kata Benny dalam keterangannya, Senin (27/9/2021).

Benny menambahkan bahwa kekerasan yang terjadi di Papua sangat disayangkan karena para korban merupakan warga sipil yang seharusnya dilindungi. 

"Tenaga medis, guru, dan yang menjadi korban adalah warga sipil yang seharusnya dilindungi," tutur Benny.

Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP Romo Benny Susetyo, saat ditemui Tribunnews, usai menghadiri Dialog Tanya Jawab yang digelar di Kantor BPIP, Jalan Veteran III, Jakarta Pusat, Selasa (3/9/2019).
Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP Romo Benny Susetyo, saat ditemui Tribunnews, usai menghadiri Dialog Tanya Jawab yang digelar di Kantor BPIP, Jalan Veteran III, Jakarta Pusat, Selasa (3/9/2019). (Fitri Wulandari/Tribunnews.com)

Selanjutnya, Budayawan ini menjelaskan bahwa penyebab kekerasan muncul karena manifestasi dari nafsu kebinatangan yang termanifestasi lagi dari agresifitas. 

Baca juga: Pasukan Pengamanan Distrik Kiwirok Dipertebal Pasca Insiden Kontak Tembak KKB Papua

Padahal seharusnya manusia bisa mengendalikannha karena memiliki akal budi dan rasio kepada tuhan untuk mengendalikan dirinya.

Berita Rekomendasi

"Faktor kekerasan banyak bisa balas dendam, harga diri, dan banyak. Kultur kekerasan menjadi kultur yang terus menerus karena dianggap model mencari solusi," tegas Benny.

Benny menambahkan jika kekerasan ini dijadikan sebagai solusi maka akan terus terulang. Salah satu cara untuk menghentikannya adalah dengan cara rekonsiliasi.

"Selama dianggap menjadi solusi satu-satunya maka ini akan terus terjadi.Cara menghentikan kekerasan dengan cara membangun budaya rekonsiliasi," lanjut Benny.

Membangun peradaban, nilai keutamana belas kasih, nilai persaudaraan, nilai konsiliasi, harus digunakan dalam mengambil kebijakan dan keputusan bukan dengan kekerasan.

"Meja perundingan adalah hal paling penting dalam kehidupan bermasyarakat untuk menyelesaikan  masalah," tuturnya.

Benny berharap aparat keaman segera bertindak untuk mengusut kasus ini secara transparan demi tegaknya martabat hukum.
 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas