Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Profil 7 Pahlawan Revolusi yang Gugur di Peristiwa G30S PKI: Jenderal A Yani hingga Kapten P Tendean

Peristiwa G30S PKI adalah sejarah kelam yang membuat enam jendral dan satu kapten harus gugur. Berikut adalah profil mereka.

Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor: Wahyu Gilang Putranto
zoom-in Profil 7 Pahlawan Revolusi yang Gugur di Peristiwa G30S PKI: Jenderal A Yani hingga Kapten P Tendean
Istimewa/Tribun Pekanbaru
7 jenderal TNI yang gugur dalam peristiwa G30S/PKI 

TRIBUNNEWS.COM - Peristiwa G30S/PKI merupakan sejarah kelam yang terjadi pada 30 September 1965.

Enam jenderal dan satu kapten harus meregang nyawa karena dibunuh dan dikubur di sebuah sumur yang berada pada daerah Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur.

Dalang dari peristiwa keji ini disangkutpautkan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Baca juga: Jadwal Tayang Film Pengkhianatan G30S PKI di TV Nasional, Ada MNCTV dan TvOne

Baca juga: Jokowi: Saya Sudah Biasa Dihina, Saya Dibilang Antek PKI & Planga-plongo, Itu Makanan Sehari-hari

Terkait tujuh jendral yang terbunuh dalam peristiwa G30S/PKI, berikut adalah profilnya yang dihimpun Tribunnews dari berbagai sumber.

Suasana pada peringatan Hari Kesaktian Pancasila tahun 1989. Monumen Pancasila Sakti dibangun di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Suasana pada peringatan Hari Kesaktian Pancasila tahun 1989. Monumen Pancasila Sakti dibangun di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur. (Kompas.com)

1. Jenderal Ahmad Yani

Jenderal TNI Anumerta Ahmad Yani lahir di Puroworejo, Jawa Tengah pada 19 Juni 1922.

Ahmad Yani mengawali karir sebagai seorang tentara pada tahun 1945 ketika ingin berperang melawan Belanda.

Berita Rekomendasi

Setelah itu ia memimpin untuk berperang melawan tentara Inggris di Magelang dan mendapat gelar 'Pahlawan Magelang'.

Perannya tidak hanya dalam mengusir penjajah namun ketika ada gerakan pemberontakan pun dirinya juga ikut berperang.

Kejadian tersebut terjadi ketika ia ditunjuk untuk melawan Darul Islam di Tegal, Jawa Tengah pada tahun 1952.

Ahmad Yani bergabung dengan Pasukan Banteng yang merupakan batalion infanteri dari Kodam IV/Diponegoro.

Terkait dengan ideologi, sebenarnya Ahmad Yani sangat anti dengan komunis sehingga ia benar-benar ingin memeranginya.

Hal tersebut dilatarbelakangi oleh ketidakinginnannya akan adanya Kekuatan Kelima yaitu mempersenjatai kaum petani.

Ditambah dirinya juga memiliki ideologi yang berseberangan dengan Soekarno.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas