Kemenkes Jelaskan Alasan Vaksin Booster Belum Bisa Diberikan ke Masyarakat Umum
Juru Bicara Vaksinasi dari Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmizi menegaskan vaksin dosis tiga atau booster saat ini masih hanya untuk nakes.
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Juru Bicara Vaksinasi dari Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmizi menegaskan, vaksin dosis tiga atau booster saat ini hanya untuk tenaga kesehatan.
"Prioritas program vaksin booster saat ini adalah tenaga kesehatan sebagai populasi berisiko, sekaligus vital dalam mendukung layanan dalam kesehatan di masa pandemi," ujar dr. Nadia dalam siaran pers yang diterima Tribun, Kamis (7/10).
Pemberian vaksin booster yang mengutamakan para tenaga kesehatan juga mempertimbangkan banyaknya masyarakat yang belum mendapatkan vaksin.
Baca juga: Dapat Izin Pemakaian Darurat dari BPOM, Ini Fakta Vaksin Zifivax, Efikasi hingga Efek Samping
Sebelumnya, pemerintah kota Bekasi berencana memberikan vaksinasi booster bagi para guru dan tenaga pendidik dengan justifikasi agar kuota vaksin yang tersedia tidak kedaluwarsa.
Rencana tersebut pun diprotes oleh Koalisi Masyarakat untuk Akses Keadilan Kesehatan.
Dalam rilis Laporcovid yang diterima Rabu (6/10), koalisi menekankan vaksinasi dosis ketiga tidak boleh diberikan kepada masyarakat umum kecuali tenaga kesehatan selama ketersediaan vaksin masih terbatas.
Adapun, rencana Pemkot Bekasi sangat berpotensi melanggar prinsip kesetaraan dan keadilan vaksin serta menunjukkan penyelenggaraan vaksinasi masih dilakukan serampangan, sehingga melanggar prinsip vaccine equity.
Sementara capaian vaksinasi di kota Bekasi per 4 Oktober 2021 sendiri baru 66,39 persen untuk dosis pertama dan 46,15 persen untuk dosis kedua.
Capaian vaksinasi untuk lansia di Kota Bekasi juga masih rendah, yakni 41,78 persen untuk dosis pertama dan dosis kedua 31,35 persen.
Baca juga: Terjadi Lagi Penipuan Rekrutmen TKK Pemkot Bekasi, Wali Kota Pepen Janji Pecat Pegawai Terlibat
Terpisah, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito mengatakan, vaksin Covid-19 Zifivax yang dikembangkan perusahaan asal China, Anhui Zhifei Longcom Biopharmaceutical berpotensi menjadi vaksin booster.
Namun, kata dia, untuk menjadi vaksin booster, vaksin dengan paltform rekombinan protein subunit ini harus melalui uji klinik guna mengetahui respons imun.
"Saya kira (vaksin) Zifivax ini punya potensi untuk menjadi vaksin booster dan beberapa vaksin lain yang segera akan lakukan uji klinik dalam waktu dekat," kata Penny.
Penny juga mengatakan, vaksinasi booster bisa menggunakan jenis vaksin yang sama pada vaksinasi dosis pertama dan kedua maupun vaksin platform yang berbeda.
"Dan tugas dari badan POM adalah untuk memastikan potensi-potensi vaksin itu tersedia," ujar dia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.