Milad Ke-76, GPII Tegaskan Kaderisasi Sebagai Ujung Tombak Hadapi Era Industri 4.0
Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Islam Indonesia (PP GPII) menggelar acara perayaan resepsi Milad (Ulang tahun) GPII ke 76 di hotel Arya Duta Jakarta Pus
Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Islam Indonesia (PP GPII) menggelar acara perayaan resepsi Milad (Ulang tahun) GPII ke 76 di hotel Arya Duta Jakarta Pusat, Jumat (8/10/2021) malam.
Hadir juga dalam acara resepsi Milad tersebut perwakilan Mabes Polri Brigjen Pol Arif Rahman, Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Ajbar Abdul Qadir, anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Haerudin Amin, para mantan Ketua Umum GPII seperti Toha Al Mansur, Rahmat Kardi dan Karman BM dan ratusan kader GPII se Jabodetabek.
Selain itu juga nampak hadir perwakilan dari organisasi kepemudaan (OKP) lainnya Ketua Umum Pemuda Muslimin Indonesia (Pemuda Muslim) Muhtadin Sabili, Ketua Umum Gema Mathla'ul Anwar, Ahmad Nawawi Arsyad, perwakilan DPP Perkumpulan Gerakan Kebangsaan (PGK), Pelajar Islam Indonesia (PII), dll.
Seperti di ketahui GPII di dirikan pada 2 Oktober 1945 oleh beberapa tokoh pemuda antara lain M. Natsir (Mantan Perdana Menteri) K.H.A. Wahid Hasjim (Mantan Menteri Agama/NU) dan Anwar Tjokroaminoto (Putra HOS Tjokroaminoto) dengan dua tujuan utama yaitu ikut mempertahankan kemerdekaan dan mensyiarkan Islam sebagai sebuah nilai dalam kehidupan berbangsa.
Masri Ikoni, Ketua Umum PP GPII mengatakan, di Milad yang ke 76 tahun ini GPII mempertegas posisinya sebagai organisasi perjuangan yang hadir sebagai penengah, memberikan resolusi konflik dari berbagai konflik sosial yang saat ini terjadi.
Baca juga: Di Webinar GPII, LaNyalla Bicara Pentingnya RI Punya Road Map Ketahanan Ekonomi di Era Disrupsi
Menurut Masri, GPII mengambil jarak yang sama antara semua kekuatan politik yang hari ini.
GPII akan mengambil peran sebagai organisasi kader dan organisasi perjuangan yang fokus mencetak kader-kader ummat dan kader bangsa menghadapi revolusi industri 4.0 dimana era industri baru dengan penguasaan teknologi informasi.
"Kami mencoba fokus pada kaderisasi sebagai basis menghadapi era perubahan yang cepat ini," ujarnya.
Menurut dia, tantangan zaman seperti ini harus mampu di jawab oleh GPII. Jika zaman awal berdirinya GPII setting sejarahnya adalah perlawanan pada penjajah secara fisik maka di zaman baru ini kader - kader GPII harus mampu membangun 'resource' untuk memperkuat basis-basis ekonomi ummat sekaligus menguasai teknologi informasi.
"Ini penting karena zaman telah berubah dan kader harus siap. Akan tetapi sebagai organiasi perjuangan kader GPII juga harus siap memimpin jika di butuhkan kontribusinya oleh negara. Jangan khawatir kita memiliki sejarah panjang di republik ini bukan anak kemarin sore", tegas Masri menambahkan.
Sementara itu Haerudin Amin mantan Ketua Umum GPI yang juga anggota DPR RI Fraksi PAN menegaskan, kader-kader GPII di era baru ini harus mampu mengikuti zaman.
"Kader GPII saat ini mungkin saja 10 tahun kedepan ada yang menjadi anggota DPR, jadi Menteri bahkan jadi Presiden RI. Bisa saja karena sesuai tagline besar GPII adalah 'Takdir Kami Memimpin Negara'. Kader harus siap jika sewaktu-waktu ibu pertiwi memanggil", tegas Haerudin.
Haerudin menegaskan, usia 76 tahun GPII ini hampir sama dengan usia Republik Indonesia selisih 2 bulan kurang jadi kontribusi bagi republik sudah lumayan yang paling fenomenal dan di kenang sejarah adalah Mosi Integral M. Natsir pendiri GPII yang saat itu menjadi Perdana Menteri yang menyatukan kembali NKRI dari federalisme.
Selain itu ada juga mantan ketua umum GPII Burhanudin Harahap yang menjadi Perdana Menteri di awal kemerdekaan.
"Jadi kita bukan omong kosong atau berkhayal soal tagline GPII 'Takdir Kami Memimpin Negara' itu', tapi perlu di ingat pesan saya kepada ketua umum dan Sekjend GPII beserta jajarannya jika ingin tetap eksis peran sejarahnya dan ingin mewujudkan tagline nya tadi maka maka satu satunya jalan adalah perkuat dan fokus pada kaderisasi sebagai ujung tombak", pungkas Haerudin.
Acara resepsi milad dirangkaikan dengan pemotongan kue milad dan dimeriahkan oleh musik reliji.