Profil Jenderal Hoegeng Imam Santoso, Kapolri di Era Soeharto yang Berani Lawan Suap dan Korupsi
Berikut ini profil Jenderal Hoegeng Imam Santoso, mantan Kapolri yang jujur dan pemberani yang menjabat pada 1968-1971 di era Presiden Soeharto.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
Kemudian, ia menjabat sebagai Kepala DPKN Kantor Polisi Jawa Timur di Surabaya pada 1952.
Hoegeng ditugaskan menjadi Kepala Bagian Reserse Kriminil Kantor Polisi Sumatera Utara di Medan pada 1956.
Ia mengikuti pendidikan Pendidikan Brimob pada 1959 dan menjadi seorang Staf Direktorat II Mabes Kepolisian Negara (1960), Kepala Jawatan Imigrasi (1960), Menteri luran Negara (1965), dan menjadi Menteri Sekretaris Kabinet Inti tahun 1966 pada masa Presiden Soekarno.
Hoegeng kemudian dipindahtugaskan ke markas Kepolisian Negara untuk menjabat sebagai Deputi Operasi Panglima Angkatan Kepolisian sekaligus sebagai Deputi Menteri/Panglima Angkatan Kepolisian Urusan Operasi pada 1966.
Jabatan yang diemban Hoegeng terakhir dalam dunia kepolisian adalah menjadi Kepala Kepolisian Negara pada 1968.
Hoegeng mengakhiri masa jabatannya pada tanggal 2 Oktober 1971 dan digantikan oleh M. Hasan.
Hoegeng Imam Santoso meninggal dunia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta pada Rabu 14 Juli 2004 pukul 00.30 WIB.
Ia telah dirawat sejak 13 Mei 2004 di RS Polri Kramat Jati, Jakarta akibat mengalami stroke, penyumbatan saluran pembuluh jantung, dan pendarahan bagian lambung.
Hoegeng dimakamkan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Giritama, Desa Tonjo, Bojong Gede, Bogor, Jawa Barat pada Rabu siang 14 Juli 2004.
Baca juga: Kisah Jenderal Hoegeng Iman Santoso Tolak Beri Surat Izin Untuk Putranya Mendaftar Akabri
Penghargaan
Atas semua pengabdiannya kepada negara, Hoegeng Imam Santoso telah menerima sejumlah tanda jasa,
- Bintang Gerilya
- Bintang Dharma
- Bintang Bhayangkara I