Apa Itu Gempa Swarm? Gempa yang Guncang Kota Salatiga Sebanyak 24 Kali
Berikut adalah penjelasan mengenai gempa swarm yang mengguncang Kota Salatiga pada hari Sabtu (23/10/2021) dan Minggu (24/10/2021).
Penulis: Widya Lisfianti
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Berikut adalah penjelasan mengenai gempa swarm yang mengguncang Kota Salatiga.
Wilayah Kota Salatiga, Banyubiru, Bawen, dan Ambarawa diguncang gempa tektonik sebanyak 24 kali pada Sabtu (23/10/2021).
Gempa tersebut terjadi sejak pagi dini hari pukul 00.32.05 hingga pukul 21:11:48 WIB.
Baca juga: Fakta Gempa Salatiga dan Sekitarnya: Akibat Sesar Aktif Gunung, Tercatat Ada 22 Gempa Susulan
Baca juga: Peringatan Dini Gelombang Tinggi BMKG Minggu 24 Oktober 2021: Perairan Selatan Bali Capai 4-6 M
Hasil analisis BMKG menunjukkan bahwa gempa tersebut adalah gempa swarm.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Bidang mitigasi Gempabumi dan Tsunami, Daryono melalui akun Twitternya, @DaryonoBMKG.
Daryono kembali menginformasikan pada hari ini, Minggu (24/10/2021), 4 rentetan gempa dirasakan mengguncang Banyubiru dan Ambarawa dengan magnitudo 3.4, 2.3, 2.3 dan 2.2.
Baca juga: Warga Blitar Rasakan Gempa 5,3 SR di Malang, Berlarian ke Luar Rumah, Peserta Rapat Sempat Panik
Baca juga: 2 Gempa Bumi di Selatan Jawa, Gempa Malang Disusul Gempa Jogja
Gempa swarm adalah serangkaian aktivitas gempa bermagnitudo kecil dengan frekuensi kejadian yang sangat sering dan relatif lama di suatu kawasan.
Jika gempa pada umumnya terjadi karena aktivitas tektonik, gempa swarm justru terjadi karena proses kegunungapian (vulkanik).
Gempa swarm yang dihasilkan karena aktivitas tektonik murni hanya sedikit.
Hal tersebut dijelaskan oleh BMKG melalui akun Twitter resminya, @infoBMKG.
Gempa swarm terjadi tanpa ada gempa utama (mainshock), seperti pada umumnya gempa utama lebih besar kekuatannya dibandingkan gempa susulan.
Baca juga: BMKG: Gempa M 5,3 Guncang Kabupaten Malang Jumat Pagi, Tak Berpotensi Tsunami
Baca juga: Gempa Tektonik Magnitudo 4,7 Guncang Lombok Utara
Karena aktivitasnya yang terus menerus, aktivitas gempa swarm hanya meresahkan dan jarang yang menimbulkan kerusakan.
Gempa swarm, jika kejadiannya di pesisir pantai tidak akan memicu tsunami.
Gempa swarm tidak hanya berkaitan dengan kawasan gunung api.
Beberapa laporan menunjukkan bahwa aktivitas swarm juga dapat terjadi di kawasan non-vulkanik.
Swarm juga dapat terjadi di kawasan dengan karakteristik batuan yang rapuh yang terbangun medan tegangan, sehingga mudah terjadi retakan (fractures).
(Tribunnews.com/Widya)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.