Doa Ketika Melihat Gerhana, Berikut Arti Fenomena Gerhana dalam Pandangan Islam
Terdapat anjuran syariat Islam saat terjadi fenomena Gerhana ini, diantaranya seperti melakukan sholat gerhana dan membaca doa saat melihat gerhana.
Penulis: Arif Tio Buqi Abdulah
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Dalam pandangan Islam, fenomena gerhana, baik matahari atau bulan, merupakan fenomena yang menunjukkan tanda-tanda kebesaran Allah.
Terdapat anjuran-anjuran syariat Islam saat terjadi fenomena Gerhana ini, diantaranya seperti melakukan sholat gerhana dan juga membaca doa saat melihat gerhana.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mengatakan, fenomena astronomi Gerhana Bulan Sebagian (GBS) akan terjadi pada Jumat (19/11/2021).
Fenomena gerhana bulan sebagian ini akan menjadi Gerhana Bulan terlama dalam abad ini dan dapat diamati dari Indonesia.
Pada Gerhana Bulan Sebagian kali ini, permukaan Bulan akan tertutupi oleh umbra Bumi sebesar 97,85%. Sehingga durasi gerhana dapat mencapai 3 jam 28 menit.
⠀
Sayangnya di Indonesia hanya daerah Papua saja yang durasi gerhananya paling lama, yaitu 2 jam 20 menit sejak Bulan terbit.
Sementara bagian Barat Indonesia tidak dapat mengamati puncak Gerhana bulan Sebagian.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menginformasikan, puncak gerhana bulan sebagian akan terjadi pada 19 November pukul 16.02.56 WIB/17.02.56 WITA/18.02.56 WIT.
Baca juga: Gerhana Bulan Sebagian Hari Ini, 19 November 2021, Berikut Daftar Wilayah yang Dapat Menyaksikannya
Fenomena Gerhana dalam Islam
Dalam pandangan Islam, fenomena gerhana, baik matahari atau bulan, merupakan fenomena keajaiban alam yang menunjukkan tanda-tanda kebesaran Allah.
Hal itu seperti dinyatakan dalam sebuah Hadist riwayat Al- Bukhari, seperti dikutip laman Kemenag.
حَدَّثَنَا أَبُو الوَلِيْد قَالَ حَدَّثَنَا زَائِدَةُ قَالَ حَدَّثَنَا زِيَادُ بْنُ عِلَاقَةِ قَالَ سَمِعْتُ الْمُغِيْرَةُ بْنِ شُعْبَةِ يَقُوْلُ اِنْكَسَفَتْ الشَّمْسُ يَوْمَ مَاتَ اِبْرَاهِيْمُ فَقَالَ النَّاسُ اِنْكَسَفَتْ لِمَوْتِ اِبْرَاهِيْمُ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَأَيَتَانِ مِنْ أَيَاتِ اللهِ لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمُواهُمَا فَادْعُوا اللهِ وَصَلّوا حَتَّى يَنْجَلِيَ
Telah menceritakan kepada kami, Abu Al Walid berkata, telah menceritakan kepada kami, Zaidah berkata, telah menceritakan kepada kami, Ziyad bin ‘Ilaqah, dia berkata: “Aku mendengar Al-Mughirah bin Syu’bah berkata, “Telah terjadi gerhana matahari ketika wafatnya Ibrahim. Kemudian Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah, dan ia tidak akan mengalami gerhana disebabkan karena mati atau hidupnya seseorang. Jika kalian melihat gerhana keduanya, maka berdoalah kepada Allah dan dirikan salat hingga (matahari) kembali tampak.” (H.R. Al-Bukhari).
Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada umatnya tuntunan syariat ketika terjadi gerhana matahari maupun gerhana bulan, antara lain yaitu:
1. Menghadirkan rasa takut kepada Allah saat terjadinya gerhana matahari dan bulan, karena peristiwa tersebut mengingatkan kita akan tanda-tanda kejadian hari kiamat, atau karena takut azab Allah diturunkan akibat dosa-dosa yang dilakukan.