Kemenko PMK Ingatkan Potensi Bencana Hidrometeorologi di Akhir Tahun
Deputi Bidang Koordinasi Pemerataan Pembangunan Wilayah dan Penanggulangan Bencana Kemenko PMK Sudirman mengingatkan potensi bencana hidrometeorolog
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Wahyu Aji
Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Deputi Bidang Koordinasi Pemerataan Pembangunan Wilayah dan Penanggulangan Bencana Kemenko PMK Sudirman mengingatkan potensi bencana hidrometeorologi yang dapat terjadi di akhir tahun.
Dirinya menyontohkan pada tahun 2020 lalu, terjadi peningkatan curah hujan di akhir tahun.
"Pada tahun 2020 antara lain yaitu curah hujan mengalami peningkatan dari November 2020 sampai Januari 2021 yaitu 20 sampai 70 persen di atas normal, terutama wilayah Sumatera bagian selatan. Kemudian Jawa, Bali, NTB, NTT, Kalimantan bagian selatan, dan Sulawesi bagian selatan," ungkap Sudirman dalam Ambasador Talks yang disiarkan channel Youtube BNPB, Selasa (23/11/2021).
Sudirman menilai pemahaman yang lebih baik tentang risiko bencana hidrometeorologi diperlukan dalam semua dimensi.
Mulai dari dimensi pengurangan paparan terhadap ancaman, pengurangan kerentanan, dan peningkatan kapasitas masyarakat terhadap bahaya.
"Diperlukan sosialisasi kepada masyarakat agar lebih mengenal lingkungan dan potensi bencana di lingkungan tempat tinggalnya," tutur Sudirman.
"Sehingga dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan dari bencana hidrometeorologis yang dapat terjadi sewaktu-waktu," tambah Sudirman.
Menurutnya, penyusunan rencana kontijensi perlu dilakukan di wilayah yang diperkirakan akan mengalami dampak La Nina.
Baca juga: Kemenko PMK: Hingga November 2021 Terjadi 2.431 Kali Bencana, Didominasi Banjir
Langkah ini dilakukan untuk mengalokasikan anggaran, adaptasi dan mitigasi bencana akibat perubahan iklim serta peningkatan daya dukung lingkungan.
Selain itu, Sudirman mengatakan perlu adanya penguatan koordinasi pentahelix dengan melibatkan pemerintah, masyarakat , akademisi, media, dunia usaha terkait bencana hidrometeorologi.
Hal ini bisa dilakukan melalui informasi terkini mengenai cuaca, potensi cuaca ekstrem dan potensi bencana hidrometeorologi di wilayah bencana.
Peran pemerintah sebagai motor pendorong utama, kata Sudirman, perlu dioptimalkan mulai dari pencegahan mitigasi, respon cepat dan pemulihan.
"Kemudian penanganan kelompok masyarakat rentan agar dapat lebih diperhatikan," tutur Sudirman.
Respon yang lebih efektif dan efisien harus didukung dengan sistem komunikasi dan informasi yang terintegrasi, pengarahan dan pengendalian sumber daya SAR.
Hingga penyediaan informasi wilayah terdampak, sosialisasi nomor emergency call 115 Basarnas.
Baca juga: Mensos Instruksikan Pendirian 7 Titik Lumbung Sosial di Lokasi Bencana Banjir Sibolangit
"Penanggulangan bencana hidrometeorologi harus menjadi fokus perhatian kita bersama tidak hanya saat darurat dan pasca bencana namun pada tahap prabencana," pungkas Sudirman.
Seperti diketahui, hingga 16 November 2021 telah terjadi 2.431 kali bencana. 98 persen diantaranya merupakan bencana hidrometeorologi.
Kejadian yang mendominasi adalah bencana banjir, kemudian puting beliung, dan tanah longsor.