Yahya Cholil Staquf: Percayalah Saya Tak Mencalonkan Jadi Presiden
Pernyataannya merujuk peristiwa ketika dirinya masih menjadi juru bicara Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Hendra Gunawan
Nah kalo sekarang dikatakan bahwa ada banyak media-media baru, ada media digital yang semakin mendominasi, itu adalah media, adalah teknik baru di dalam mengeksekusi kegiatan, tapi kontennya, kontennya ini yang tetapi dibutuhkan dari panduan atau katakanlah inspirasi paling tidak dari organisasi-organisasi masyarakat yang diluar ini yang mereka ini yang menyambungkan masyarakat kita ini dari masa lalu ke masa depan.
Apa nanti yang akan dibahas oleh NU di dalam muktamar nanti?
Ada banyak hal, karena sekarang kita mendapatkan banyak, kreasi-kreasi baru, di dalam masyarakat ini, dalam ekonomi misalnya ada moda-moda keuangan baru yaitu uang Krypto.
Itu membutuhkan respon, karena Nahdlatul Ulama ini bukan hanya organisasi masyarakat biasa tetapi organisasi keagamaan. Yang memang bertugas dan tanggung jawab memberikan bimbingan keagamaan.
Sehingga perlu memberikan kepada masyarakat perspektif keagamaan dari Nahdlatul Ulama, tetapi Nahdlatul Ulama ini organisasinya ulama ini, orang-orang yang bertanggung jawab dalam, terhadap wacana keagamaan. Bagaimana perspektif dari keagamaan dari Nahdlatul ulama memenuhi hal-hal baru seperti keuangan crypto itu nanti akan menjadi salah satu bahasan. Nah di samping itu ada hal yang lebih mendasar yang terkait dengan persoalan-persoalan fundamental dihadapkan dinamika realitas baru, seperti sekarang soal tanah.
Walaupun NU bukan parpol, perkembangannya pemilu 99 waktu Pilpres lewat MPR. Gus Dur masih ketua PBNU saat itu, kemudian 2004 Ketua PBNU KH. Hasyim Muzadi capres bu Megawati. Lalu kemudian 2019 Rais Aam PBNU jadi cawapres. Artinya NU masih belum lepas dari urusan politik?
Itu dia ini karena konstruksi organisasi, itu bagiannya, harus kita akui kenyataannya memang secara mental sebagian besar aktivis NU masih punya orientasi ke sana (politik) walaupun dalam soal Gus Dur sebenarnya ini sangat unik situasinya.
Tapi kemudian dalam situasi normal ternyata masih juga ada orientasi ikut dalam berkompetisi dalam politik. Ini menurut saya perlu diadress dikelola lebih lanjut supaya ada transformasi yang terarah menuju kembalinya NU sebagai organisasi keagamaan dan organisasi sosial kemasyarakatan.
Maka sejak awal saya nyatakan bahwa saya sama sekali tidak mau menjadi calon presiden atau cawapres di 2024, dan saya tidak ingin ada capres cawapres dari PBNU nantinya. Itu bagian dari upaya ini supaya bertransformasi betul supaya warga NU siap mental dan harus ke situ lagi.
Andai nanti Gus Yahya terpilih, apakah masih akan tertarik di politik? 2024 adalah tahun politik, Pilpres, pileg, pilkada.
Menurut saya ini mutlak, saya pribadi tidak akan mencalonkan diri atau bersedia dicalonkan juga, tidak mau maju.
Kenapa? Kan enak?
Oh saya sudah pernah dan nggak enak. Serius saya sudah sampaikan di sejumlah media saya sudah pernah menjadi presiden RI. Pernah, serius, dan nggak enak.
Jadi sewaktu saya ikut Gus Dur sebagai juru bicara dalam konferensi OKI di Doha, Qatar, waktu itu sebetulnya saya nggak ada kerjaan. Beberapa hari cuma keluyuran saja di lobi, ketemu orang sana sini ngobrol.
Sementara yang boleh masuk mengikuti hanya boleh presiden dan menteri luar negeri. Jadi saya hanya berkeliaran saja di sekitar venue.