Viral Koyo KB, Berikut Penjelasan Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN
KB jenis ini ujar Eni, disediakan oleh pihak swasta dan belum masuk dalam program KB yang dijalankan pemerintah.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Adi Suhendi
“Udah pernah denger tentang koyo KB belum?” tulis akun tersebut.
Dalam sebuah video ditunjukkan cara penggunaan koyo KB yang ditempelkan pada kulit seseorang.
“Koyo KB itu kandungannya sama dengan pil KB kombinasi, yaitu estrogen dan progesterone,” ujar akun tersebut.
Baca juga: Ingin Coba Kontrasepsi Koyo KB? Ini Plus Minusnya yang Perlu Diketahui
Dalam unggahan juga dijelaskan bahwa koyo KB bisa ditempel pada bagian lengan bagian atas, punggung, perut atau pantat.
Koyo KB bisa ditempel di lengan bagian atas,punggung, perut atau pantat.
Koyo KB ini tahan air kamu bisa mandi, berenang dan olahraga dengan tenang lemnya kuat banget dan nggak gampang lepas kalau sudah pakai koyo KB jangan pakai krim atau lotion disekitarnya karena bisa jadi nggak lengket.
Kenyamanan Penggunaan
Seperti dikutip dari Kompas.com, terkait unggahan koyo KB tersebut, Guru Besar Farmasi UGM, Prof Zullies Ikawati menjelaskan bahwa koyo KB, suntik atau pil KB sama kegunaannya, yaitu sebagai alat kontrasepsi.
Pihaknya mengatakan, koyo dalam istilah farmasi disebut dengan patch yakni bentuk sediaan transdermal dimana obat akan masuk ke dalam tubuh melalui kulit dan nantinya akan masuk ke pembuluh darah.
Karena kandungannya sama, Zullies mengatakan, keamanan dan efektivitasnya sama dengan alat kontrasepsi lainnya.
Baca juga: Apa Itu Alat Kontrasepsi Koyo KB? Simak Penjelasannya Berikut!
Dengan catatan, selama digunakan sesuai dengan aturannya.
Zullies juga mengatakan, dari segi kenyamanan penggunaan, sejumlah orang ada yang lebih memilih memakai koyo yang ditempel dan diganti seminggu sekali (tergantung aturan pakainya) jika dibandingkan harus minum pil KB setiap hari.
Dia memastikan, selama pemakaian tepat dan melekat dengan kuat maka hormon akan dilepaskan pelan-pelan dan masuk melalui kulit serta bisa memberikan efek kontrasepsi.
Meski demikian dia mengingatkan, pemilihan jenis kontrasepsi untuk pertama kalinya sebaiknya berkonsultasi dengan dokter ahli.
Hal ini karena harus disesuaikan dengan kondisi pengguna atau akseptor KB.
"Jadi penggunaan pertama, termasuk pil KB, adalah dengan resep dokter. Untuk selanjutnya dapat dibeli di apotek dan perlu berkonsultasi dengan apoteker terkait dengan penggunaannya,” ujar dia.