IDI Dorong Dokter Lakukan Penelitian Ilmiah untuk Kemajuan Indonesia
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) periode 2018-2021 dr. Daeng M Faqih, SH, MH, mendorong, Dokter untuk melakukan penelitian di
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) periode 2018-2021 dr. Daeng M Faqih, SH, MH, mendorong, Dokter untuk melakukan penelitian di bidang kesehatan atau teknologi kesehatan.
Hal itu kian penting di tengah situasi pandemi Covid-19 dan persiapan menghadapi pandemi di masa mendatang.
Salah satunya kegiatan yang digagas PT Kalbe Farma Tbk bekerja sama dengan Lembaga Riset IDI yakni Anugerah Cipta Karya Dokter Indonesia (AKCDI) 2021.
“AKCDI tahun ini merupakan yang ketiga kali diselenggarakan oleh Lembaga Riset IDI bekerja sama Kalbe yang bertujuan untuk menumbuhkan minat para dokter di Indonesia untuk menghasilkan karya ilmiah," ujarnya dalam kegiatan virtual pengumuman pemenang AKCDI 2021, Rabu (22/12/2021).
Pihaknya, berharap program AKCDI memberikan dampak positif bagi peningkatan kompetensi para dokter serta pengembangan penelitian dan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan atau teknologi kesehatan.
"Kedepan, dengan budaya riset yang baik, pemerintah mendorong budaya riset di tanah air ini kita akan bisa mendorong inovasi dan kemandirian di bidang pelayanan kesehatan dan industri pendukung pelayanan kesehatan," imbuhnya.
AKCDI yang telah diselenggarakan sejak 2019 merupakan penghargaan bagi para dokter yang berminat dalam bidang karya ilmiah dan dituangkan dalam bentuk award terhadap hasil karya cipta terbaik yang meliputi: penelitian kedokteran dasar, klinis, dan epidemiologis, serta evidence based-case report (EBCR).
Tahun ini telah terpilih 3 pemenang AKCDI 2019, yaitu : Taufik Akbar dengan tema “Efektivitas Implantasi Sekretom Sel Punca Mesenkimal Asal Jaringan Adiposa, Sumsum Tulang, dan Tali Pusat Terhadap Pertumbuhan Kalus pada Defek Kritis Tulang Panjang di Tikus Sprague Dawley” untuk naskah yang belum dipublikasi;
Baca juga: 15 Persen Kasus Baru Covid-19 di Belanda Dikaitkan dengan Strain Omicron
Lalu , Zulvikar Syambani Ulhaq dengan tema “The Level of Ig Anti-Rbd SarsCov-2 After Two Doses of Coronavac Vaccine” untuk naskah yang sudah dipublikasi;
Serta Talita Clarissa Sinatra “Hubungan Defisiensi Vitamin D (25(OH)D) terhadap Enterokolitis Nekrotikans dan Respiratory Distress Syndrome pada Bayi Prematur “ untuk naskah Evidence-based case report (EBCR).
“Melalui AKCDI 2021, Kalbe ingin memberi apresiasi kepada para dokter yang telah
mendedikasikan dirinya bagi kemajuan penelitian di Indonesia,” ujar Direktur Pharma PT Kalbe Farma Tbk Muliali.
Sejak tahun 2018, Kalbe telah menandatangani kesepakatan kerjasama dengan Lembaga Riset IDI untuk mendukung aktivitas penelitan termasuk pemberian penghargaan kepada dokter peneliti terbaik di Indonesia.
Melalui kerjasama dengan IDI diharapkan Kalbe dapat berkontribusi nyata dalam memperkaya penelitian bidang Kesehatan, sekaligus memperkuat kolaborasi antara Akademisi, Bisnis dan Pemerintah.
Ketua Lembaga Riset IDI yang juga menjadi anggota dewan juri AKCDI 2021, dr. Marhaen Hardjo, M. Biomed, PhD, mengatakan, untuk kategori EBCR yang membedakan dengan naskah penelitian biasa adalah naskah berupa kasus atau skenario klinis yang terkait dengan inovasi klinis yang dilakukan selama pandemi Covid-19.
Baca juga: Cakupan Vaksinasi Covid-19 Indonesia Berhasil Penuhi Target WHO, Ini Kata Menkes
"Kami menambahkan kategori dengan kriteria naskah Evidence-based case report
(EBCR) yang merupakan metode penulisan atau pelaporan kasus atau masalah klinis dengan pendekatan berbasis bukti,” kata Marhaen.