Duduk Berdampingan, Gus Yahya dan Said Aqil Saksikan Pemungutan Suara Pemilihan Ketua Umum PBNU
Proses pemilihan Ketua Umum PBNU berlanjut setelah KH Yahya Cholil Staquf dan KH Said Aqil Siradj ditetapkan menjadi calon.
Editor: Adi Suhendi
Nama Gus Yahya mulai melejit ketika menjadi juru bicara Presiden ke-4 Republik Indonesia, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Pada tahun 2014, Gus Yahya menjadi salah satu inisiator pendiri institut keagamaan di California, Amerika Serikat yang bernama Bayt Ar-Rahmah Li adDa'wa Al-Islamiyah rahmatan Li Al-alamin yang mengkaji agama Islam untuk perdamaian dan rahmat alam.
Pada 2015, dia juga terpilih sebagai Katib Aam Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.
Gus Yahya semakin dikenal ketika terpilih sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) pada 2018, untuk menggantikan tokoh Nahdlatul Ulama (NU) yang wafat pada 2017, KH. Hasyim Muzadi.
Selain dikenal sebagai tokoh organisasi keagaaman, Gus Yahya adalah pegiat ikhwal "rahmah" untuk penyelesaian konflik kemanusiaan dunia.
Profi Said Aqil
Said Aqil Siradj merupakan calon incumbent.
Ia sudah dua periode menjadi Ketua Umum PBNU.
Dikutip dari media NU, Laduni, KH Said Aqil Siroj lahir di Cirebon, Jawa Barat pada 3 Juli 1953.
Ia merupakan putra kedua dari pendiri Pondok Pesantren Kempek di Cirebon, KH Aqil Siroj.
Di masa mudanya, Said pernah menjadi murid Rais Aam PBNU 1981-1984, KH Ali Maksum, saat belajar di Pesantren Al-Munawwir, Krapyak, Yogyakarta.
Ia juga pernah berkuliah di IAIN Sunan Kalijaga, di mana KH Ali Maksum menjadi guru besar.
Di tahun 1980, Said melanjutkan studinya ke Mekkah ditemani sang istri, Nurhayati.
Di sana, ia menjalin persahabatan dengan Presiden ke-4 RI, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.