Eks Menko Perekonomian: Iklim Demokrasi Indonesia Sudah Bagus
Menjelang Pilpres 2024, proses politik terasa lebih intens. Eks Menteri Koordinator Perekonomian, Prof Ginandjar Kartasasmita, menuturkan penyebabnya
Penulis: Ilham Rian Pratama
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
"Jangan biarkan demokrasi kembali diperangkap oleh kekuatan-kekuatan anti demokrasi, yang menggunakan demokrasi bukan sebagai sistem yang benar, tetapi yang dapat dimanipulasi," kata Ginandjar.
Kekuatan anti demokrasi ini, bisa berasal dari kelompok-kelompok yang berada di lingkaran kekuasaan dan ingin melanggengkannya dengan cara yang mudah.
"Serta yang merindukan sistem otoriter dibanding sistem demokrasi yang gaduh atau mengutip Samuel Huntington, authoritarian nostalgia," ucapnya.
Ginandjar sendiri meyakini, Jokowi tidak akan mengutak-atik Pemilu. Dia menilai, Jokowi akan lebih concerned untuk meninggalkan legacy-nya.
"Tentu beliau ingin dicatat dalam sejarah sebagai Presiden yang baik, great president. Tahun-tahun terakhirnya akan dicurahkan ke arah itu. Tidak mungkin beliau membiarkan tahun-tahun sisa menjadi sia-sia apalagi digunakan untuk tujuan jangka pendek seperti mengutak atik pemilu," ujar Ginandjar.
Jokowi, katanya, berkepentingan bahwa penggantinya mengapresiasi semua yang telah dilakukannya, serta mau dan mampu melanjutkan agenda-agendanya, seperti Ibu Kota baru.
"Saya kira di tahun-tahun terakhir beliau ingin meninggalkan kesan kenegarawanan," imbuhnya.
Baca juga: BI: Ekonomi Syariah Genjot PDB Hingga Rp 80 Triliun Per Tahun
Baca juga: Airlangga Optimistis Tahun 2022 Ekonomi Bisa 5,2 Persen
Berdasarkan hasil survei KedaiKOPI (Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia) calon Presiden yang akan diminati pada 2024 adalah capres berkriteria cerdas, dan visioner, bergeser dari kriteria sebelumnya yang mengutamakan kriteria merakyat. Ginandjar menyatakan, semua adjective itu baik.
"Tapi bagaimana kita bisa tahu seseorang memiliki ciri-ciri seperti itu? Yang kita dengar dari kaum politisi semuanya yang baik-baik saja, enak didengar, normatif. Semua serba optik," tuturnya.
Yang lebih substansial, katanya adalah track record, apa yang telah dihasilkan dan sikapnya yang terekam terhadap masalah yang menjadi perhatian dan kepentingan rakyat.
Salah satu yang memiliki kriteria tersebut adalah Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto. Golkar sudah sepakat mendukung Ketumnya itu sebagai Capres 2024.
Di mata Ginandjar, pilihan itu sudah pas. Sebab, Airlangga bukan semata politisi, tetapi juga teknokrat yang sudah terbukti mumpuni.
"Prestasi Pemerintah sekarang yang sukses menangani pandemi dan sekaligus memulihkan ekonomi, adalah prestasi Airlangga yang ditunjuk Presiden untuk memimpin kedua tugas yang berkait satu sama lain itu," ucap Menteri Pertambangan dan Energi (Mentamben) di era Orde Baru tersebut.
Di antara nama-nama yang disebut-sebut punya potensi atau minat jadi Presiden, secara obyektif Airlangga adalah yang paling mampu dan sudah terbukti.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.